Rabu 26 Sep 2012 10:51 WIB

Urban Farming (2), Gagasan Menantang Minus Pestisida

Rep: Siwi Tri Puji/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pertanian di kawasan urban (ilustrasi)
Foto: URBAN COMPASS
Pertanian di kawasan urban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Bagi Ida Amal, penggiat pertanian kota yang aktif di kelompok Banten berkebun, urban farming adalah gagasan yang sangat menantang. “Semestinya berkebun bukan sekadar hobi, tapi sebuah kebutuhan,” katanya.

Menurut Ida, banyak manfaat dari berkebun, terutama bagi warga perkotaan. Selain menghijaukan lingkungan, juga menyediakan pangan yang menyehatkan bagi keluarga.

Beda dengan pertanian konvensional yang “obral” penggunaan pestisida, berkebun sendiri bisa menjamin pasokan sayur-mayur yang aman bagi kesehatan. “Itu sebabnya, kegiatan kami arahkan pada pertanian organik,” katanya.

Di komunitas Banten Berkebun, anggota tak hanya mendapatkan bibit tanaman secara cuma-cuma, namun juga pelatihan bagaimana bertanam secara organik. “Dua bulan sekali, kami mengadakan pelatihan di Akademi berkebun,” katanya.

Dalam pelatihan ini, peserta dikenalkan dengan cara bercocok tanam dari tingkat yang paling dasar, mulai dari mengenal jenis tanaman, cara bercocok tanam, perawatan, hingga pemanenan. Peserta juga langsung diajak mempraktikkan ilmu yang sudah didapat selama pelatihan di dalam kelas.

(Sayuran hasil pertanian warga lokal kawasan urban dijual dalam bazar--gambar kiri)

Ida menyatakan, selama ini warga kota enggan bertanam karena beranggapan kegiatan menanam adalah merepotkan. Selain itu, mereka terbiasa mendapatkan semuanya secara instan.

Padahal jika ditekuni, bertanam sayuran sangat mengasyikkan. “Apalagi teknologi pertanian sekarang berkembang, dan bertanam organikpun bisa menggunakan media apa saja,” katanya.

Beda dengan bertanam tanaman keras, berkebun sayuran juga bisa menghasilkan tak selang lama setelah ditanam. “Orang yang belum pernah berkebun sekalipun, akan bisa melakukannya dan menikmati hasilnya satu atau dua bulan kemudian,” katanya.

Menurut Ida, urban farming semestinya menjadi gerakan massal di kota-kota besar di Indonesia. “Potensinya sangat besar,” katanya. Jika berkebun sudah menjadi habit warga, kata dia, “maka ketahanan pangan keluarga tak hanya sekadar menjadi slogan.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement