REPUBLIKA.CO.ID,Bagaimana pelayanan hotel di masa depan? Dengan jasa komputerisasi, Anda tak usah khawatir saat memesan kamar. Bahkan, desain kamar hotel di tahun 2100 nanti, dapat disulap seperti ruangan kerja. Ini demi memenuhi kebutuhan eksekutif super-sibuk. Rancangan hotel di tahun 2.000 itu digulirkan kelompok Hyatt Hotel. Ini saat diskusi tentang pelayanan kalangan perhotelan di tahun 2.000 yang diselenggarakan USA Today, belum lama, di Amerika Serikat. Bagaimana bentuk pelayanan tersebut? The Straits Times yang melansir diskusi itu, melukiskan, kalangan perhotelan akan berlomba-lomba menjadikan tamu tak ubahnya raja. Beragam kemudahan, mulai saat hendak check in hingga kenyamanan ruang tidur, ditawarkan. Ruang-ruang di hotel, menurut harian tersebut, akan dilengkapi dengan tempat tidur dengan kantung yang dapat dipompa, sehingga Anda dapat tidur dengan nyaman.
Kenyamanan pelayanan tersebut diawali dengan reservation (pemesanan tempat). Melalui komputer yang berhubungan dengan hotel yang dituju, Anda dapat mengetahui informasi detil tentang ruangan hingga fasilitas hotel tersebut. Bahkan, melalui jaringan komputer, Anda dapat memesan bentuk ruangan tidur yang diinginkan dalam tempo 30-60 detik. Demikian pula meja menjadi lebih luas, atau lampu lebih terang. Dengan menggunakan komputer, Anda telah dilayani sejak awal pemesanan. Pelayanan ini, bahkan, telah dimulai sesaat Anda tiba. Ini bila Anda membawa chip berisi frekuensi radio -- yang berupa kartu keanggotaan sebuah hotel -- di dompet. Chip tersebut memancarkan sinyal yang ditangkap komputer di hotel. Dengan demikian, pihak hotel dapat segera menyambut dan melayani Anda.
Selama menginap di hotel, Anda dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Misalkan, tetap berhubungan dengan mitra bisnis, luar kota. Ini karena kamar hotel menyediakan telepon tanpa kabel, hingga mesin faximili yang terus berjaga-jaga saat Anda beristirahat. Demikian pula bila Anda terlampau sibuk untuk pergi ke pusat kebugaran hotel demi melenturkan otot yang tegang. Dengan perangkat audio-visual yang digunakan serta ruangan yang lapang, Anda dapat beraerobik sendirian, dipandu teve di kamar. Pihak hotel pun menyediakan pelayanan hingga sesuai selera pribadi. Contohnya, menyiapkan furniture sesuai keinginan penghuninya. Bila Anda akan berlibur dengan keluarga, maka pihak hotel segera menyiapkan satu set meja-kursi santai.
Bila Anda dalam perjalanan bisnis, hotel yang diinapi dapat menjadi kantor. Ini karena pihak hotel akan segera menyulap kamar menjadi ruangan kerja. Bahkan, pihak hotel pun menyiapkan voice mail yang menjadi 'sekretaris' yang -- menjawab setiap panggilan telepon -- mendampingi kesibukan Anda selama menginap di sana. Kendati demikian, mengutip sebuah survei, tak sedikit kalangan eksekutif ingin menikmati suasana berlibur meski dalam perjalanan bisnis. Demi menjawab keinginan yang kontras ini, pihak perhotelan telah menyiapkannya pada kamar-kamarnya, di tahun 2.000. Caranya? Kamar hotel didesain menjadi ruang-ruang kecil. Sebagian ruangan digunakan sebagai kantor. Di sana, diperlengkapi dengan komputer. Sisanya untuk ruangan beristirahat. Yang menarik, untuk ruangan bekerja, telah dilengkapi perangkat komputerisasi yang siap melayani Anda.
Contohnya, laptop yang terpasang di ruangan itu, berguna sebagai E-mail dan membuat grafik. Sedangkan pesawat teve, selain untuk menonton hiburan yang ditayangkan, dapat digunakan sebagai pusat informasi. Dengan menggunakan remote kontrol, Anda dapat melihat peta kota yang dikunjungi, hingga informasi membeli tiket konser maupun pertandingan olahraga. Hotel di tahun 2.000 itupun dilengkapi dengan restoran fast-food yang buka 24 jam. Menanggapi rencana tersebut, seorang tamu hotel pada diskusi itu berharap, proses check-in harus lebih cepat dan bebas hambatan. Misalnya hanya dengan sebuah kartu, seorang tamu bisa mendapatkan makanan, oleh-oleh, dan masuk ke klub kesehatan yang ada di hotel tersebut. Tapi kartu itu hendaknya hanya dapat digunakan bila identifikasi berdasarkan sidik jari atau retina pemegangnya.
Namun, apakah ini sekadar mimpi? Menurut para pengusaha hotel yang mengikuti diskusi tersebut, impian tersebut tidak mustahil untuk diwujudkan. Meski demikian, pada diskusi tersebut, mencuat pandangan pro dan kontra. Beberapa kalangan perhotelan menilai, sulit untuk mengikuti impian itu karena mesti mengubah sistem yang telah mapan. Apalagi, menurut sebuah survei, jamaknya sekitar 80 persen kalangan eksekutif, menginginkan sistem modern dalam melayani mereka. Kenyataannya? Hanya sekitar 10 persen yang menggunakannya. Dengan sistem demikian, pihak hotel memang mesti merogoh kocek tamu, lebih dalam. Ini misalkan untuk membiayai sewa mesin fak di kamar.