Sabtu 18 Aug 2012 12:14 WIB

Mudik, Inilah Asal Usul Tradisi Unik Khas Indonesia (1)

 Arus pemudik dengan sepeda motor memasuki perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (16/8).  (Aditya Pradana Putra/Republika)
Arus pemudik dengan sepeda motor memasuki perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (16/8). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimana dengan perjalanan mudik Anda? Lancar? Semoga begitu. Meski bermacet ria, banyak orang rela mudik ke kampung halaman saat Idul Fitri.

Namun, pernahkah Anda berpikir sebenarnya dari mana kata "mudik" bermula? Bagaimana asal usulnya? Sesekali, menarik juga memahami sebuah kata yang akhirnya menjadi budaya di negeri ini. Boleh jadi, satu-satunya tradisi unik yang dilakukan hampir seluruh orang dalam satu negara, sekaligus sebagai fenomena mengagumkan di mata dunia.

Setiap ahli punya opini sendiri tentang makna kata "mudik". Kita akan lihat bersama beberapa pandangan tersebut. 

Dalam pergaulan masyarakat Betawi terdapat kata "mudik" yang berlawanan dengan kata "milir". Bila mudik berarti pulang, maka milir berarti pergi.

Kata "milir" merupakan turunan dari "belilir" yang berarti: pergi ke Utara. Dulu, tempat usaha banyak berada di wilayah Utara - lihat sejarah Batavia dan Sunda Kelapa. Karena itulah kata "mudik" bermakna: Selatan.

Sehubungan dengan kata ini, pendapat lain mengungkapkan bahwa kaum urban di Sunda Kelapa sudah ada sejak abad pertengahan. Orang-orang dari luar Jawa mencari nafkah ke tempat ini, menetap dan pulang kembali ke kampungnya saat hari raya Idul Fitri tiba. Karena itulah, kata "mudik" dalam istilah Betawi juga mengartikan "menuju udik" (pulang kampung).

Ada pula pendapat mengatakan mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa. Mereka sudah mengenal tradisi ini bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri. 

Biasanya tujuan pulang kampung untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun. 

Tradisi 'nyekar' masih terlihat hingga kini. Kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung masih banyak ditemukan di daerah Jawa.

sumber : apakabardunia.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement