REPUBLIKA.CO.ID, Masjid bagi umat Islam adalah tempat ibadah yang wajib dijaga dan dipertahankan. Seni arsitektur setiap masjid pun memiliki ciri khas tersendiri, termasuk dari sisi arsitektur masjid tersebut. Arsitektur masjid tergantung peradaban Islam di kala itu.
Indonesia adalah negara dengan berbagai kesenian dan kebudayaan. Percampuran etnis yang terjadi di zaman dahulu juga mempengaruhi bangunan masjid. Tak jarang masjid-masjid di Indonesia, berbentuk seperti klenteng ataupun candi. Seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh bahan baku yang tersedia saat itu, yaitu batu, bata, atau tanah liat.
Semua itu diungkapkan dalam buku yang berjudul Masjid-Masjid Kuno di Indonesia, karya Asti Kleinsteuber. Setelah buku yang berjudul Kelenteng-Kelenteng Kuno di Indonesia, Asti kini menyuguhkan 72 masjid-masjid kuno yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dalam buku yang ditulisnya dalam dua bahasa.
"Perlu waktu setahun menyelesaikan buku ini, dan ada lebih dari 100 masjid yang saya datangi," jelas Asti di acara peluncuran bukunya, di Gedung Sapta Pesona Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta, Rabu (15/8). Buku tersebut juga dilengkapi foto-foto dokumentasi karya Syafri M Maharadjo.
Asti yang seorang penulis dan pemerhati budaya peninggalan, gemar dalam membuat karya-karya yang mengangkat warisan budaya Indonesia. Di dalam buku terbarunya ini, ia menceritakan mengenai kisah setiap masjid yang didatanginya.
"Setiap masjid punya keunikan masing-masing. Masyarakat sekitar masjid pun menjaga dan melestarikannya dengan baik. Mereka menganggap, masjid adalah warisan budaya leluhur mereka, jadi harus dijaga tradisi dan kesakralannya," ungkap Asti.
Masjid-masjid tua yang ia tampilkan rata-rata berusia lebih dari 100 tahun. Ia mencari informasi tentang masjid-masjid tersebut berdasarkan sejarahnya yang ia kumpulkan dari literatur maupun cerita lisan. "Bersama tim yang berjumlah empat orang, saya menelusuri lokasi-lokasi masjid. Ini pengalaman yang menarik, saya takjub setiap datang ke sebuah masjid. Pada beberapa masjid memang sudah ada bagian-bagian yang direnovasi, namun tidak mengubah ciri khas masjid," katanya.
Dalam kesempatan ini hadir pula Dirjen Pemasaran Kemenbudpar, Sapta Nirwandar. Ia mengatakan buku karya Asti tersebut dapat mempromosikan budaya Indonesia. " Buku ini bisa menunjukkan pada semua orang, bahwa Indonesia kaya akan peninggalan bersejarah. Masjid pun bisa dijadikan objek wisata, tanpa menghilangkan fungsi utama masjid sebagai tempat kegiatan beragama," kata Sapta.