REPUBLIKA.CO.ID, Untuk menyiasati keterbatasan waktu untuk keluarga, beberapa perempuan karier lebih menekankan kualitas -- bukannya kuantitas -- pertemuan dengan anak-anak dan keluarga. Padahal, menurut psikolog Adriana S Ginandjar, tak sekadar kualitas pertemuan yang dibutuhkan oleh anak-anak dan keluarga, tapi juga kuantitas.
Nah, di sinilah seorang wanita karier dituntut untuk menjalankan perannya di rumah tangga dan karier secara seimbang. Sementara suami, mestinya mendukung dan memberi pengertian penuh atas upaya sang istri. ''Suami juga tidak bisa terlalu banyak menuntut haknya kepada istri,'' kata Adriana S Ginandjar.
Andaikan ada seorang wanita yang sukses menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karier, menurut Ina, wanita itu bisa dibilang super woman. Sebab, tak semua perempuan memiliki energi yang kuat seperti itu.
Lain halnya jika pekerjaaan yang ditekuni adalah jenis pekerjaan yang memiliki jam kerja fleksibel, tidak padat, dan tidak dikejar deadline. Misalnya saja, penulis, pemilik toko, pengelola butik, pekerja sosial, atau pekerjaan-pekerjaan lain yang bisa dilakukan di rumah. ''Mereka masih memiliki banyak waktu untuk mengurus dan memperhatikan anak-anak serta keluarga. Sehingga, mereka bisa sukses di karier sekaligus sukses mengurus rumah tangga.''
Sukses juga bisa diraih oleh perempuan yang bekerja di perusahaan atau instansi pemerintah, namun dengan strategi khusus yakni menunggu dulu anak-anak mandiri setelah itu fokus berkarier. ''Jadi, wanita itu memulai kariernya di atas 40 tahun ketika anak-anak sudah besar.''