Jumat 20 Jul 2012 21:39 WIB

Kisah Puasa Jay Subiakto di Negeri Orang

 Art director Jay Subiakto, (kiri) bersama komposer yang juga musisi Erwin Gutawa (kanan) saat memberi keterangan kepada wartwan pada pagelaran konser
Foto: ANTARA
Art director Jay Subiakto, (kiri) bersama komposer yang juga musisi Erwin Gutawa (kanan) saat memberi keterangan kepada wartwan pada pagelaran konser "Konser Ramadhan Harmony" di Jakarta, Jumat, (20/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penata artistik dan sutradara, Jay Subiyakto, mengaku memiliki pengalaman berpuasa yang unik sewaktu masih kecil di Turki dan Yugoslavia. Ayahnya almarhum adalah mantan Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI (Purnawirawan) Subiyakto.

Jay menuturkan harus merasakan puasa selama beberapa tahun di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang sedikit menjalankan ibadah berpuasa. "Saya lahir di Turki jadi sewaktu kecil berpuasa bukan di negeri sendiri," kata Jay usai jumpa pers Konser Ramadhan in Harmony, di Hard Rock Jakarta, Jumat (20/7).

Meskipun Turki merupakan negara Islam, Jay yang lahir di Turki pada 24 Oktober 1960,  berkisah kondisi di sana sangat berbeda dengan Indonesia yang mayoritas masyarakatnya menjalankan ibadah puasa. 

Begitu pula saat ia beserta keluarganya pindah ke Yugoslavia. Di kedua negara itu tidak banyak orang yang menjalankan ibadah puasa.

"Orang tua saya mengajarkan, walau di Turki saya harus menunjukkan diri saya berpuasa meskipun di sana banyak yang tidak puasa. Apalagi saya sekolah di sekolah internasional," ujar lulusan arsitek Universitas Indonesia itu.

Meskipun saat ia berpuasa banyak teman-temannya yang heran, Jay tetap menjalankan ibadah puasa seperti yang diperintahkan orangtuanya. Apalagi, menurut Jay masyarakat di sana sangat menghargai pluralisme. "Kalau lebaran juga tidak seheboh di Indonesia," tambahnya.

Jay baru bisa merasakan puasa di Indonesia saat duduk di kelas empat sekolah dasar dan merasakan suasana puasa yang berbeda dari yang ia rasakan sebelumnya. "Saat itu baru merasakan puasa di Indonesia dimana masyarakatnya mayoritas berpuasa. Rasanya berbeda," ujar Jay.

Namun, meskipun sejak lahir Jay tumbuh di negeri orang, putra dari Laksamana Subiyakto itu sudah diajarkan budaya Indonesia oleh orangtuanya sejak ia masih kecil.

"Kalau di rumah harus menggunakan bahasa Indonesia dan diberikan bacaan komik berbahasa Indonesia. Orangtua saya berpesan meskipun kami tinggal di negeri orang tetapi tidak mengikuti budaya di sana melainkan menjadi duta Indonesia," jelas Jay.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement