Rabu 20 Jun 2012 04:00 WIB

Flowers Of War, Kisah Penata Rias Mayat di Tengah Gejolak

Rep: setyanavidita livikacansera/ Red: M Irwan Ariefyanto
Christian Bale
Foto: ap
Christian Bale

REPUBLIKA.CO.ID,John Miller (Christian Bale), penata rias mayat asal Amerika, datang ke Nanking, wilayah selatan Cina, untuk satu tugas. Ia diperintahkan mengatur pemakaman salah satu pendeta di sana yang baru saja meninggal dunia.

Sayangnya, Miller datang pada waktu yang sangat tidak tepat. Saat itu, Jepang baru saja menyerang Cina habis-habisan. Pasukan Negeri Matahari Terbit pun menduduki Nanking dan banyak korban berjatuhan, baik dari pihak sipil maupun militer.

Kondisi yang tidak kondusif membuat naluri bertahan Miller muncul. Ia mengaku sebagai pendeta yang kebetulan juga memiliki kemampuan merias mayat. Tujuannya, selain mendapat perlindungan di gereja termegah di sana, di tempat ini pasukan Jepang juga dilarang masuk.

Belum lagi, makanan dan anggur tersedia di sana. Tempat tidur nyaman pun akan langsung menjadi milik Miller begitu ia mengambil alih posisi kependetaan di sana. Di gereja itu, Miller bertemu dengan belasan pelajar putri yang belajar di sana, salah satunya adalah Shu (Zhang Xinyi).

Shu sebenarnya berkesempatan ke luar dari Nanking dan menyelamatkan diri atas bantuan ayahnya. Tapi, ia bersikeras tak mau meninggalkan kampung dan teman-teman sekelasnya. Shu memilih tinggal di dalam gereja dan bertaruh nyawa dalam panasnya hawa peperangan.

Pemerkosaan dan pembunuhan terjadi di mana-mana. Semua orang sibuk mencari perlindungan, tak terkecuali serombongan pelacur dari Jade Paradise, salah satu lokalisasi ternama di Nanking. Yu Mo (Ni Ni) adalah perempuan yang memimpin teman-teman seprofesinya mencari perlindungan.

Meski awalnya tidak diterima untuk berlindung di gereja, berkat kecantikan Mo dan pembawaannya yang tenang, ia berhasil mendapatkan tempat berlindung yang cukup aman untuk teman-temannya. Mo sendiri sangat ingin bisa pergi dari Nanking untuk menyelamatkan diri. Dia melihat Miller, si bule, bisa membantunya mewujudkan hal ini.

Rencana hanya tinggal rencana. Penyerbuan tentara Jepang ke dalam gereja membuat rasa kemanusiaan dan semangat perjuangan Miller bangkit. Namun, berkat bantuan salah satu tentara Cina, beruntung serbuan para tentara Jepang tersebut pun batal.

Kolonel Hasegawa (Atsuro Watabe), perwakilan tentara Jepang, pun datang untuk meminta maaf pada pihak gereja. Namun, sebagai gantinya, ia ingin melihat para murid perempuan tersebut menyanyi karena ia suka musik dan mengaku sangat rindu rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement