Kamis 14 Jun 2012 03:00 WIB

Sepak Bola Kematian (I)

Rep: teguh setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
Film The Match
Foto: theoaklandpress.com
Film The Match

REPUBLIKA.CO.ID,Kiev, 9 Agustus 1942. Tim sepak bola Wehrmacht, atau angkatan bersenjata Nazi, menghadapi tim Ukraina yang diperkuat pemain Dynamo Kiev dan klub lainnya. Alkisah, seorang perwira Schutzstaffel (SS) Nazi men dekati pemain Ukraina dan mengancam, “Kalian harus kalah, atau menghadapi kematian.” Pemain Ukraina tidak peduli. Mereka bertarung luar biasa dan menang 5-3.

Seusai laga, pemain Ukraina tak sempat masuk ruang ganti. Semua ditangkap, dilari kan ke suatu tempat, dan dieksekusi. Setelah Perang Dunia II, dan Ukraina dibebaskan Tentara Merah Rusia dari pendu dukan Nazi, sebuah monumen untuk memperingati pemain yang dieksekusi dibangun di depan Stadion Dynamo Kiev.

Wartawan Uni Soviet menuliskan kisah ini dalam artikel berjudul “Death Match”. Setahun sebelum Piala 2012 digelar, Dmitry Kulikov mengangkat kisah ini ke dalam film dengan judul “The Match”. Rencananya, film dirilis — dan mulai diputar di bioskop di semua kota besar di Ukraina — 3 Mei. Namun, Badan Film Ukraina tak jua mengeluarkan izin, sampai akhirnya secara resmi melarang peredaran film itu. Larisa Titarenko, juru bicara Badan Film Ukraina, mengatakan pihaknya membutuhkan 25 hari kerja untuk menganalisis film dan dampaknya di masyarakat.

Yaroslav Pidhora-Gvyaz dovskiy, salah seorang anggota komisi yang menganalisis film ini, merekomendasikan pelarangan “The Match” diputar selama Piala 2012. “The Match”, menurut Pidhora-Gvyazdovskiy, berpotensi kuat menimbulkan konflik antaretnis.

“Hampir seluruh karakter yang berkolaborasi dengan Nazi berbicara dalam bahasa Ukrainians,” ujar Pidhora- Gvyazdovskiy. “Mereka yang menentang pendudukan Nazi, termasuk tokoh sentral dalam film ini, berbicara dalam bahasa Rusia.”

Salah satu dialog dalam film itu, ketika Nikolai Ranevich — orang Rusia yang menjadi kapten tim Ukraina — berbicara kepada rekan-rekannya, dianggap membahayakan stabilitas hubungan komunitas Rusia dan mayoritas Ukraina.

“Ada beberapa hal yang harus dipertahankan sampai mati,” ujar Ranevich seraya meneteskan air mata, saat meyakinkan rekan-rekannya untuk menga lahkan Nazi meski harus mati. Volodymyr Voitenko, kritikus film independen, mengatakan, “Ini propaganda ideologis. Rusia saat ini adalah negara neoimperialisme baru.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement