Ahad 03 Jun 2012 06:00 WIB

Resensi Lontara Rindu oleh Titi Anis

Cover Novel Lontara Rindu
Foto: masgege.blogspot.com
Cover Novel Lontara Rindu

Identitas Buku 

Judul: Lontara Rindu

Penulis: S. Gegge Mappangewa

Penerbit: Republika

Halaman:  viii + 342 Halaman

Cetakan: Pertama, 2012

Kisah Vito dalam gambaran hidup seperti rangkaian masa lalu dan masa kini. Alur mengalir rapi, berselang tatap-tatap. Menyenangkan berjibaku dengan dunia yang mungkin kita salami setiap hari, namun dikemas indah. Tokoh-tokohnya tidak mubadzir, semua berperan dan memiliki amanatnya masing-masing.

Awal membaca dengan istilah daerah yang kental, sulit. Tetapi, membuka  sedikit lembaran berikutnya seperti tersedot dengan lakon yang menawarkan riak, pilu, dan haru.

Sisi lain, novel ini menggambarkan remaja penuh gejolak dalam bingkai binaan yang indah. Kadang menggelegak, kadang riang seperti seutuhnya dunia, kadang berayun melandai seolah hamba yang papa. Nilai sosial yang muncul dalam persahabatan, kekerabatan, tanggung jawab yang tersepuh dalam dinamika dunia remaja, masyarakat adat dan lembaga sekolah.

Nilai adat novel Lontara Rindu mengeksplorasi adat positif, yang mestinya terus dijunjung seperti kekeluargaan, tolong menolong tanpa pamrih, hormat kepada guru, dan lain-lain. Nilai adat yang kurang baik dikemas rapi dalam alur yang tuntas.

Nilai Agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Kejujuran dalam kisah-kisah yang berantai. Kebersihan akal dan menjunjung akhlak.  Islam mendaur dalam adat yang kuat misalnya dalam satu kutipan

Mauni tellu pabbisena/ Na bongngo pong loppinna/ tewak naluren/

Saran

Novel ini sangat baik untuk dikaji, baik kalangan guru, orang tua, bahkan remaja untuk hiburan ataupun petik pelajaran-pelajaran berharga. Menutup kata-kata yang kuat teringat dari Profesor Herman, “Bacalah sastra, supaya arif.” Untuk kearifan novel ini akan memberi warna.

Titi Anis

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement