REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Setelah delapan tahun, konflik akibat dualisme kepemimpinan di Keraton Surakarta Hadiningrat (KSH) berangsur mereda dan berakhir dengan rekonsiliasi antara kedua pihak yang berselisih.
Dalam pertemuan terbuka di Jakarta, Kamis (31/5), KSH mengumumkan bahwa tampuk kepemimpinan selanjutnya berada di tangan dwitunggal Sinuhun Paku Buwono XIII dan Panembahan Agung Tedjowulan sebagai Maha Patih dengan gelar baru Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung.
Pertemuan yang difasilitasi Bandoro Raden Ayu (BRAy) Moeryati Soedibyo selaku Wakil Sentono Keraton Surakarta Hadiningrat itu menghadirkan anak-anak dari Paku Buwono XII, serta kerabat dekat keraton.
"Ini merupakan bukti bahwa putra-putri dalem Paku Buwono XII setuju dan sangat mendukung rekonsiliasi ini," kata Gusti Pangeran Haryo (GPH) Dipokusumo selaku perwakilan dari putra-putri dalem Paku Buwono XII.
Ia mengatakan, rekonsiliasi dilakukan semata demi pelestarian dan pengembangan Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai salah satu cagar budaya Indonesia.
Menurut salah satu putra Paku Buwono XII, GPH Suryo Wicaksono, rekonsiliasi itu turut mendapatkan campur tangan dari pemerintah.
"Dalam beberapa minggu ini, Marzuki Alie juga akan mempertemukan dwitunggal dengan empat menteri yang terkait, sebagai dukungan terhadap rekonsiliasi ini," ujar Suryo.
Empat menteri yang dia maksud adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pariwisata, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum.