REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG - Setelah Unesco menetapkan Subak di Bali sebagai salah satu situs warisan budaya dunia (heritage), kini giliran situs candi Muaro Jambi di Provinsi Jambi menanti pengesahan badan PBB tersebut untuk ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia.
"Pemerintah sudah mengusulkan secara resmi ke Unesco agar menetapkan situs Muara Jambi sebagai salah satu warisan dunia." kata Kepala Balai Arkeologi Palembang, Nurhadi Rangkuti, Rabu (23/5).
Menurut Nurhadi, pemerintah sudah mengusulkan ke Unesco sejak dua atau tiga tahun lalu. "Sampai kini di kawasan itu terus dilakukan penelitian dan penggalian," ujarnya.
Untuk menjadi salah satu warisan budaya dunia, situs candi Muara Jambi yang terletak sekitar 40 km dari kota Jambi tersebut menurut dia sangat dimungkin. "Salah satu syarat untuk bisa ditetapkan sebagai situs warisan dunia adalah adanya nilai penting dan luar biasa di kawasan itu," tambahnya.
Nurhadi Rangkuti menggambarkan, situs candi Muaro Jambi yang membentang di tepi sungai Batanghari tersebut luasnya mencapai 12 km persegi, yang panjangnya 7,5 km. "Dari hasil rekaman dengan GPS di kawasan itu tersebar sekitar lebih dari 70 bangunan bata atau manapo.
Persebaran bangunan-bangunan bata memanjang sepanjang kurang lebih tujuh kilometer mengikuti aliran sungai Batanghari," tuturnya.
Dalam riwayat penelitian situs Muara Jambi pertama kali dikunjungi Kapten SC Crooke seorang perwira berkebangsaan Inggris pada 1820. Kemudian dilakukan penelitian oleh FM Schnitger (1935-1936), Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (1979, 1981–1988), oleh Bakosurtanal serta penelitin oleh Balai Arkeologi Palembang (2005-2006, 2009–2011).
"Sekarang di situs Muaro Jambi seiring dengan penelitian, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi melakukan pemugaran dan perlindungan terhadap situs Muara Jambi," kata Nurhadi.
Balai Arkeologi Palembang kin telah mendata, sampai saat ini telah ditampakkan sebanyak 12 komplek bangunan candi dari bata di situs candi Muara Jambi. Diantaranya adalah candi Kotamahligai, candi Kedaton, candi Gedung I, candi Gedung II, candi Gumpung, candi Tinggi I, candi Tinggi II, candi Astano, manapo Cina, candi Teluk I, candi Kembarbatu dan candi sialang.
"Sebagian besar candi yang ditampakkan itu dulunya adalah manapo atau gundukan tanah yang mengandung struktur bata. Sampai sekarang, masih terdapat lebih dari 60 manapo," kata Nurhadi.
Sementara itu mengenai informasi penetapan Pagaralam sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh Unesco yang tersebar di media massa, Kepala balai Arkeologi Palembang mengaku belum mengetahuinya.
"Memang sempat ada di situs media online menyebutkan itu. Tapi setahu kami di Balai Arkeologi belum ada usulan menetapkan Pagaralam sebagai warisan budaya dunia oleh pemerintah ke Unesco. Kalau pun ada usulan itu maka cakupan situs tersebut tidak hanya ada di Pagaralam, tetapi juga di Kabupaten Lahat dan Empat Lawang," tandasnya.