Sabtu 19 May 2012 21:41 WIB

Eretan, Warisan Tersisa Kerajaan Tarumanagara (7-habis)

Rep: Friska Yolandha/ Red: Chairul Akhmad
Eretan (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Eretan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Sejak kerajaan Tarumanagara berdiri di Jawa Barat, masyarakatnya paham betul arti penting sungai yang membelah kerajaan mereka.

Keberadaan transportasi sungai menjadi penting karena masyarakat menyadari pada saat itu transportasi darat masih sulit dilakukan. Pada masa itu, masyarakat belum mampu membuat jalur darat yang mulus seperti sekarang.

Jembatanisasi juga belum populer pada saat itu karena minimnya penguasaan teknologi. “Sebagai bandingan, ketika Daendels membangun Jalan Raya Pos, ketika melewati sungai besar tidak dibangun jembatan,” tutur sejarawan Sunda, Nina Herlina Lubis.

Jembatan baru dibangun beberapa dekade kemudian di bawah Departemen Der Burgeliyke Opebare Warken, atau Departemen Pekerjaan Umum jaman Belanda.

Hanya saja, jembatanisasi tidak mampu menjangkau seluruh wilayah. Akibatnya, masyarakat tetap harus menggunakan eretan sebagai sarana penyeberangan dan transportasi di wilayah sungai.

Sebagai konsekuensi, Kerajaan Tarumanagara menjaga betul kelestarian sungai. Raja ketiga Tarumanagara, Purnawarman, memerintahkan rakyat untuk memelihara, memperkuat dan memperdalam arus sungai yang melalui kerajaannya.

Ia juga memerintahkan rakyatnya untuk membangun saluran air yang kini menjadi anak sungai Citarum. Saluran air ini digunakan untuk keperluan rakyat sehari-hari.

Atas sejarah dan kondisi inilah eretan masih hidup sampai hari ini. Entah sampai kapan eretan mampu bertahan di tengah perkembangan teknologi yang tumbuh pesat.

Eretan, tidak hanya berfungsi sebagai mata pencaharian warga sekitar, namun juga salah satu warisan tersisa dari kerajaan hindu pertama di Jawa Barat, Tarumanagara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement