Jumat 27 Apr 2012 16:04 WIB

Rumah Sejarah Inggit Ganarsih Minim Barang Bersejarah

Rumah Inggit Ganarsih di Jalan Inggit Ganarsih No 8, Bandung, Jawa Barat
Rumah Inggit Ganarsih di Jalan Inggit Ganarsih No 8, Bandung, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Rumah bersejarah Inggit Ganarsih yang telah dibuka untuk umum sejak 2010 minim barang-barang bersejarah yang dapat 'bercerita' kepada pengunjung tentang awal sepak terjang politik mantan Presiden Seokarno.

"Sejak diresmikan sebagai rumah bersejarah memang begini keadaannya, tidak ada perabotan yang bisa dipamerkan," kata Jajang Ruhiyat, penjaga rumah bersejarah Inggit Ganarsih yang berlokasi di Jalan Inggit Ganarsih No 8, Bandung, Jumat (27/4).

Menurut Jajang, perabotan peninggalan Inggit Ganarsih pada masa hidupnya bersama Soekarno saat ini masih disimpan oleh keluarga Inggit. Hanya rumah Inggit saja yang akhirnya dibeli, direnovasi, dan dirawat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan dibuka untuk umum sebagai rumah bersejarah.

   

Namun, keadaan rumah tersebut kosong melompong tanpa satu pun barang peninggalan bersejarah. Hanya ada dua replika batu pipih di salah satu ruang yang menjadi model dari alat digunakan oleh Inggit untuk membuat bedak dan jamu. Pengunjung hanya dapat mengenali sosok Inggit dari jejeran foto yang dipaku di dinding beserta satu paragraf kalimat penjelasan.   

Pengunjung pun akan kesulitan untuk membayangkan rumah tersebut ketika ditinggali oleh Soekarno pada 1921 hingga 1930-an karena pemugaran telah mengubah penampakan rumah satu tingkat tersebut. "Satu-satunya peninggalan dari jaman Soekarno hanya pohon jambu air yang ada di halaman depan," kata Jajang.

Sedangkan keramik lantai, daun jendela dan pintu, bahkan relief batu di teras depan dan belakang sudah diganti ketika renovasi pada 1997. Namun, menurut Jajang, pembagian ruang di rumah tersebut masih dipertahankan seperti dulu. Di ruang depan, terdapat kamar cukup sempit berukuran 2,5x3 meter yang menjadi ruang baca Soekarno.

Di sana terdapat foto meja tulis yang biasa digunakan Soekarno untuk belajar sebagai mahasiswa Teknik Sipil Technische Hogeschool yang kini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB). Di meja itu pula Soekarno kerap menuliskan pidato-pidato politiknya.

Selain itu, terdapat ruang tidur, ruang untuk membuat bedak dan jamu, serta kamar mandi dan dapur. Hanya terdapat satu ruang tambahan yang berfungsi sebagai gudang di pekarangan belakang. Sehari-hari rumah tersebut dijaga oleh Jajang, satu petugas keamanan dan satu petugas kebersihan.

Di halaman depan rumah tersebut tertera tulisan kecil 'Rumah Bersejarah Ibu Inggit' serta satu poster bergambar wajah Inggit Ganarsih. Rumah bersejarah tanpa peninggalan bersejarah itu cukup beruntung memiliki Jajang sebagai penjaga yang fasih menuturkan sejarah hidup Inggit beserta keadaan keluarga Inggit saat ini.

"Saya belajar secara autodidak, tanya-tanya ke sana ke mari, juga banyak mendapat cerita dari keluarga Bu Inggit," ujarnya.

   

Jajang mengaku tidak pernah mendapat penyuluhan atau buku-buku sejarah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai bekal untuk diceritakan kepada pengunjung. "Semua saya pelajari sendiri, meskipun sedih juga karena tidak semua pertanyaan pengunjung bisa saya jawab," katanya.

Namun, pengunjung yang awalnya kecewa melihat rumah bersejarah yang kosong akhirnya masih bisa terhibur dengan tuturan Jajang yang cukup mengenal sosok Inggit beserta kisah-kisah kehidupan perempuan Bandung itu dengan mantan Presiden Soekarno.

Untuk menjaga rumah tersebut sejak pukul 07.00 hingga sore selama tujuh hari dalam sepekan, Jajang mendapat honor Rp500 ribu sebulan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Kalau mau dibilang kurang sih memang kurang untuk hidup, apalagi tidak ada libur akhir pekan karena kalau satu-minggu pengunjung justru banyak yang ke sini," ujarnya.

Dalam satu bulan, menurut Jajang, pengunjung yang bertandang ke rumah bersejarah Inggit Ganarsih bisa mencapai 60 orang. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement