Senin 23 Apr 2012 17:51 WIB

The Lady Fragmen, Kisah Jatuh Bangun Aung San Suu Kyi

Rep: wulan tunjung palupi/ Red: M Irwan Ariefyanto
michele yeoh
Foto: ap
michele yeoh

REPUBLIKA.CO.ID,The Lady Fragmen, karya sineas Inggris dan Prancis mencoba menuangkan kisah hidup tokoh demokrasi legendaris asal Burma, Aung San Suu Kyi. Film arahan sutradara Luc Besson ini sudah tayang di Indonesia awal bulan ini.

Aktris kelahiran Malaysia Michelle Yeoh memerankan tokoh Suu Kyi dan bobotnya susut hingga sembilan kilogram agar semakin mirip dengan Suu Kyi yang mungil. Lawan mainnya ada lah aktor David Thewlis yang ber peran sebagai Michael Aris, pria berkebangsaan Inggris, suami Suu Kyi.

Sebelum diperankan oleh Yeoh, tokoh yang dikenal selalu berpakaian tradisional Burma ini pernah diperankan oleh Adelle Lutz dalam film Beyond Rangoon pada 1995. Rebecca Frayn, novelis dan pembuat film dokumenter Inggris, didaulat menjadi penulis cerita film ini. Frayn sudah tertarik untuk membuat cerita tentang Suu Kyi saat mengunjungi Burma pada 1990.

Ia dan produser Andy Harries mulai mengerjakan skenario ini pada 2008 dengan judul Freedom from Fear. Saat itu mereka sudah terbayang Michelle Yeoh akan memerankan Suu Kyi. Harries pun mengirimkan skenario itu ke Yeoh yang sangat bersemangat menerima tawaran itu. Bahkan, Yeoh langsung terbang ke London untuk menemui Harries. Baru kemudian Luc Besson yang biasanya menangani film laga di minta untuk menjadi sutradara film ini. Sutradara asal Prancis ini pun menuangkan pengalamannya selama beberapa dekade membuat film dalam menggarap The Lady.

Menurutnya, ini adalah kesempatan luar biasa untuk membuat film soal pejuang perempuan lemah lembut yang tak pernah takut todongan senjata.

Saat pengambilan gambar untuk film ini dilakukan pada 2010, Suu Kyi dinyatakan bebas dari tahanan rumah. Besson sangat bersemangat untuk mengatur pertemuan dengan perempuan berusia 66 tahun itu. Yeoh juga berusaha untuk menemui Suu Kyi, tapi ia sempat tak berhasil karena urusan imigrasi. Meski akhirnya ia dapat bertemu pujaan rakyat Burma yang menurut Yeoh sangat ramah itu.

Untuk mempersiapkan film ini, replika rumah Suu Kyi pun dibuat, berikut detail di dalamnya. Rumah ini dibangun berdasarkan 200 lembar foto rumah Suu Kyi yang diba ngun dengan ukuran yang sama persis. Besson sendiri pergi ke Burma dengan menyamar dan diamdiam mengambil gambar untuk film ini.

Untuk meyakinkan penonton, Yeoh juga mempelajari bahasa Burma karena satu adegan menampilkan Yeoh berpidato dalam bahasa tersebut. Meski The Lady tidak kurang mendapat penilaian positif dari para kritikus film Inggris, te tapi tetap banyak yang ingin me nyaksikan kisah hidup tokoh legendaris ini. Saat premier di Jakarta, Yeoh menyatakan kembali kekagumannya pada Suu Kyi. “Dia mengajari dunia bagaimana cara memperjuangkan demokrasi tanpa keke rasan,” tuturnya.

Ia sebelumnya membintangi ba nyak film Hong Kong dan beberapa film Hollywood, di antaranya film James Bond: Tomorrow Never Dies dan Memoirs of Geisha.

Perjalanan luar biasa

Lahir pada 19 Juni 1945, Aung San Suu Kyi baru berusia dua tahun saat ayahnya merundingkan kemerdekaan Burma dari Inggris. Sang ayah ditembak mati pada tahun yang sama. Ibunda Suu Kyi, Khin Kyi, ditunjuk sebagai Duta Besar Burma di India pada 1960 dan keluarga itu tinggal di sana sebelum Suu Kyi akhirnya menuntut ilmu ke Universitas Oxford Inggris. Pada masa yang sama di Burma terjadi kudeta oleh militer dan pemerintahan pun berganti.

Saat berada di Inggris, Suu Kyi bertemu Michael Aris, pria Inggris yang kemudian menjadi suaminya. Aris yang mempelajari budaya Tibet menikah dengan Suu Kyi pada 1972. Meski lama tinggal di luar negeri, Suu Kyi dikenal sebagai perempuan yang sangat memegang teguh adat Timur. Ia juga dikenal di kampusnya karena selalu mengenakan pakaian tradisional Burma, lungi.

Suu Kyi muda sangat tersentuh saat melihat rakyat Burma yang menjadi korban kekejaman peme rintah yang represif. Pada 1989 adalah tahun yang amat berarti bagi karier politik Suu Kyi. Partainya, Liga Nasional Demokrasi, berhasil memenangkan pemilu, tetapi pemerintah lokal menolak meng akuinya.

Suu Kyi pun dijatuhi hukuman tahanan rumah selama 21 tahun. Ia diisolasi dari para pendukungnya dan gerak-geriknya amat diawasi ketat. Bahkan, Suu Kyi tidak diperbolehkan menghadiri pemakaman sang suami yang telah sekian lama tinggal terpisah. Suu Kyi mendapat hadiah Nobel Perdamaian pada 1991 dan menjadi perempuan Asia pertama yang memenangkan penghargaan ini. Dirinya mejadi simbol perlawanan rakyat Burma atas junta yang berkuasa.

Kini, pada usia 66 tahun, perempuan pemberani ini masih mewujudkan impiannya, berkeliling Bur ma untuk mendapatkan kembali kemenangan politiknya. Ia masih bercita-cita mewujudkan Burma yang demokratis dan bebas dari represi junta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement