REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN---Warga Dusun Kembangan, Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan tenun batik dengan berbagai corak untuk meningkatkan nilai jual.
"Selama ini produksi tenun dapat dikatakan hanya yang konvensional, seperti membuat kain tenun untuk stagen. Padahal saat ini permintaan stagen tidak terlalu banyak, sehingga kami mencoba mengembangkannya dengan tenun motif batik," kata Ketua Kelompok Tenun Lurik Kembangan, Susi.
Menurut dia, aktivitas menenun kain lurik sudah lama ditekuni sebagian warga Dusun Kembangan, Desa Sumberrahayu sejak lama, dan turun temurun.
"Sebelumnya warga Kembangan merupakan perajin tenun lurik untuk dibuat kain stagen. Namun, sudah tujuh tahun terakhir permintaan kain stagen menurun drastis, sehingga mempengaruhi roda perekonomian warga Kembangan Sumberrahayu," katanya.
Ia mengatakan sejak pertengahan 2010 warga Kembangan mulai berkreasi, dan berinovasi memproduksi kain tenun lurik untuk bahan busana. "Bahkan mereka juga bekerja sama dengan penjahit untuk memproduksi berbagai busana atau pakaian untuk pria maupun wanita," katanya.
Susi mengatakan untuk pemasaran produk, selama ini pihaknya menawarkan ke kantor-kantor atau instansi pemerintah di sekitar Kecamatan Moyudan, serta di sekolah-sekolah.
"Kami sangat berharap ada dukungan dari pihak mana pun agar kami dapat mengikuti pameran-pameran kerajinan, sehingga produk warga Kembangan ini dapat dikenal lebih luas lagi, dan bisa memasarkan ke luar daerah," katanya.
Ia mengatakan harga kain tenun lurik bervariasi mulai dari Rp 75 ribu hingga Rp 85 ribu per lembar. "Sedangkan kreasi busana ditawarkan seharga Rp 90 ribu hingga Rp 150 ribu. Kami juga menerima pesanan tenun batik, dan juga busana lurik dari kalangan instansi maupun perorangan," katanya.