Senin 02 Apr 2012 17:38 WIB

Anthrax: Be All End All

Rep: andri saubani/ Red: M Irwan Ariefyanto
Band thrash metal legendaris Anthrax dengan personil Joey Belladonna, Scott, Charlie Benante, Frank Bello, dan Rob Caggiano berhasil menggetarkan arena pertunjukan di pantai Carnaval Ancol, Jakarta, Sabtu (31/3) Malam. (ROL/Fafa)
Band thrash metal legendaris Anthrax dengan personil Joey Belladonna, Scott, Charlie Benante, Frank Bello, dan Rob Caggiano berhasil menggetarkan arena pertunjukan di pantai Carnaval Ancol, Jakarta, Sabtu (31/3) Malam. (ROL/Fafa)

REPUBLIKA.CO.ID, “Mereka meminta lagu Be All, End All,” kata Scott Ian, sambil menoleh ke teman-temannya seperti meminta persetujuan. Di bawah panggung, penonton terus melantunkan koor intro lagu dari album State of Euphoria (1988) itu hingga akhirnya Scott menyambar lantunan koor fans dengan riff-riff gitarnya. Usai pentas, Scott lewat akun Twitter-nya @Scott_Ian berujar “Be All, End All bahkan tak ada di setlitst dan kalian menyanyikannya sangat kencang. Terima kasih.”

Setlist lagu konser Anthrax di Jakarta memang seperti ‘diacak-acak’ sekitar 3.000-an metalhead yang datang ke Pantai Karnival, Ancol, Sabtu (31/3) malam. Request fans tak kuasa ditolak Anthrax. Usai dua lagu selepas jeda (encore) vokalis Joey Belladonna sampai meminta penonton bersabar lantaran terus meminta lagu I’m the Law dimainkan. “Sabar-sabar, kami kan harus tetap bersikap profesional,” gurau Joey. I’m the Law akhirnya memang menjadi tembang pamungkas Anthrax pada konser berdurasi nyaris dua jam sejak lagu pertama Earth on Hell mulai digeber Joey dkk pada pukul 21.55 WIB.

Untuk ukuran usia yang rata-rata 50 tahunan, para personel Anthrax masih terlihat prima di atas panggung. Bahkan Joey, vokalis yang umurnya paling tua (51) justru terlihat yang paling energik. Sambil bernyanyi dan berteriak, Joey selalu berlarian ke kanan dan kiri panggung untuk mengajak penonton bernyanyi. Beruntung bagi fans di Indonesia, Anthrax konser di Jakarta saat Joey telah bergabung kembali ke Anthrax pada 2010 lalu. Saat itu, Joey kembali menjadi vokalis utama saat Anthrax memulai konser bertajuk ‘Big Four’ bersama legenda thrash metal lainnya yakni Metallica, Megadeth, dan Slayer.

Banyak kalangan menilai, Joey adalah vokalis terbaik Anthrax. Bersamanya, Anthrax sempat meraih tiga kali nominasi Grammy. Terima kasih untuk penyelenggara konser yang menyediakan sistem tata suara maksimal hingga membuat suara lengkingan khas heavy metal Joey jernih terdengar. Distorsi gitar Scott Ian dan Rob Caggiano yang terbilang kasar dan berat pun masih nyaman di telinga. Suara pedal bas drum Charlie Benante meski di beberapa lagu seperti timbul tenggelam, berhasil ditutupi oleh harmoni bas Frank Bello.

28 tahun, 28 jam perjalanan

Scott Ian cs harus melewati lebih dari 28 jam perjalanan udara dari Amerika Serikat sampai akhirnya tiba di Jakarta sehari sebelum pentas. Dan sejak band thrash metal itu merilis album pertama Fistful of Metal pada 1984, fans Anthrax di Indonesia butuh waktu 28 tahun sampai Anthrax akhirnya singgah di Jakarta. Sebelumnya, fans sempat khawatir karena jadwal Anthrax di Jakarta yang semula 10 Desember 2011 dikabarkan batal karena ibu dari Charlie Benante (drummer) sakit keras. Namun akhirnya mereka bersedia menjadwal ulang untuk konser di Jakarta.

Belasan album studio dan kompilasi telah dirilis, puluhan single telah menjadi hits, dan repertoar konser di Jakarta seperti merangkum perjalanan panjang band asal New York itu. Dari 16 lagu yang dimainkan Anthrax (termasuk tiga lagu bonus), empat lagu yakni Earth on Hell, Fight ‘Em Till You Can’t, The Devil You Know, dan In the End diambil dari album terakhir Worship Music yang mereka rilis pada September 2011 lalu.

Penonton baru mulai panas saat Anthrax memainkan lagu kedua Fight ‘Em Till You Can’t, yang ditandai dengan terbentuknya lingkaran moshpit. Lagu ini sukses memancing penonton saling bertabrakan di moshpit sementara penonton lainnya berlarian membentuk lingkaran berlawanan arah jarum jam. Distorsi gitar Scott dan Rob yang beradu cepat dengan gebukan drum Charlie dibalut betotan bas Frank Bello, terlihat harmonis dengan ‘kekacauan’ penonton di bawah panggung.

“No Moreee..” teriak Joey menutup lagu, dan Scott langsung menghajar intro Caught in a Mosh. Ini adalah salah satu hit Anthrax dari album yang disebut sebagai album thrash metal terbaik mereka, Among the Living yang dirilis pada 1987 silam. Album yang didedikasikan untuk mendiang Cliff Burton, basis Metallica pertama yang tewas pada 1986.

Usai lagu keempat Antisocial, vokalis Joey sempat berteriak betapa panasnya udara Jakarta. Joey yang mulanya mengenakan kaos hitam bergambar kover album baru mereka kemudian berganti seragam. Kaos tim nasional sepak bola Indonesia berwarna merah pun kemudian dipakai Joey sampai konser rampung. Berturut-turut lagu The Devil You Know dan Indians digeber. Scott yang sepertinya tak puas melihat hanya lingkaran moshpit yang aktif bergoyang, sempat menghentikan dan menginterupsi lagu Indians, “Ayo kalian semua yang di samping dan belakang, ikut bergoyang. Anggukan kepala kalian kepalakan tangan ke atas.”

Among the Living menjadi lagu penutup sebelum encore. Lingkaran moshpit penonton pun menjadi sedikit dramatis saat air dari kanan-kiri panggung disemprotkan ke arah mereka sehingga nampak seperti hujan buatan yang mengiringi lagu thrash legendaris Anthrax itu. Usai jeda, tiga lagu tersisa yakni Madhouse, Metal Thrashing Mad, dan I’m the Law  cukup untuk membuat fans pulang dengan rasa puas. “Ini adalah konser terkencang dan tergila sejauh 2012. Terima kasih,” tutup Scott, dari atas panggung. n andri saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement