Senin 02 Apr 2012 03:48 WIB

Dansa ala Earth Wind & Fire

earth wind and fire
Foto: antara
earth wind and fire

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Band soul asal Amerika Serikat, Earth, Wind & Fire sukses membuat penonton berdansa dengan tembang-tembang hits mereka di Tennis Indoor, Senayan, Jakarta, pada Rabu malam (28/3) lalu.

Sebanyak 19 lagu yang mereka bawakan, seolah-olah bagai mesin waktu yang menggiring penonton dalam nostalgia. Tanpa basa-basi, Earth, Wind & Fire langsung menghentak penonton dengan salah satu tembang hit mereka, Boogie Wonderland.

Sontak saja, sekitar 3550 penonton yang memadati Tennis Indoor, Senayan, Jakarta langsung histeris. Hampir sebagian besar dari mereka, dibawa kembali pada kenangan masa silam.

Kostum kemeja putih dilapisi rompi yang dikenakan Verdine White (bas, perkusi, vokal), Philip Bailey (vokal, kalimba, conga, perkusi), dan Ralph Johnson (vokal, drum, perkusi) semakin mendukung suasana 80-an dari band yang dibentuk pada tahun 1969 itu.

Ditambah dengan sembilan personel band pengiring, Robert Burns Jr (trumpet), Gary Bias (saksofon), Reginald Young (trombone), Myron Mckinley (keyboard), Philip Doron Bailey (background vokal), Benjamin David Whitworth Jr (vokal, perkusi), Greg Moore (gitar, vokal), Morris O'Connor (gitar), John Le Van Paris (drum, vokal), yang kerap bergerak kompak dengan koreografi yang seirama, gaya panggung khas tahun 80-an.

Philip Bailey dan kawan-kawan sepertinya ingin membiarkan penonton larut pada nostalgia mereka masing-masing dengan terus membawakan tembang-tembang hits mereka tanpa jeda.

Earth, Wind & Fire menyuguhkan lagu-lagu favorit mereka di sepuluh nomor lagu terakhir seperti That's the Way, Brazilian Rhyme, After the Love Has Gone, Reasons, Got to Get You, Fantasy, September, Let's Groove, Mighty Mighty, dan terakhir In the Stone.

Pada lagu Head to the Sky Robert Burns Jr, Gary Bias, Reginald Young menyatukan keindahan permainan trumpet, saksofon, dan trombone sehingga membuat malam itu terasa lebih nge-jazz. Disusul Philip Bailey yang menyuguhkan suara nada tinggi dan mengundang decak kagum penonton.

Memasuki pertengahan konser, mereka membawakan intro dari salah satu tembang abadinya, After The Love Has Gone. Spontan, penonton histeris dan menyanyikan potongan lagu tersebut meskipun lagu belum dimulai.

Permainan lampu semakin mendramatisir suasana. Beberapa penonton yang sudah berumur tampak sumringah sambil melambaikan tangan ke atas.

Lagu Got to Get You membuat penonton yang berada di tribun tak tahan untuk tidak ikut berdiri, berdansa, bernyanyi, dan bernostalgia bersama.

Suasana semakin memanas saat tembang Fantasy dimainkan. Diawali dengan dentingan piano, fantasi penonton semakin digiring mengenang masa silam. Mereka yang sebagian besar sudah tidak muda lagi, seolah-olah lupa. Mereka terus berdansa menikmati lagu.

Lagu yang ditunggu-tunggu, September akhirnya disuguhkan oleh band favorit Presiden Barack Obama ini. Penonton langsung menyambut histeris. Tanpa perintah, mereka mengangkat tangan sambil ikut bernyanyi. Hampir tidak ada penonton yang duduk, semua bergoyang menikmati setiap hentakan lagu tersebut.

Tanpa jeda, mereka semakin menggeber penonton dengan hit lainnya, Lets Groove. Tak ingin kalah dengan penonton yang terus berdansa, Verdine White dan kawan-kawan beraksi dengan menyuguhkan koreografi yang kompak.

Suasana nostalgia semakin dibawa dengan tembang berikutnya, Mighty Mighty. Sebelumnya, Philip Bailey meminta penonton tangannya, bertepuk tangan mengiringi lagu. Sementara Verdine White yang sepanjang lagu tampil atraktif, semakin lincah memainkan bas-nya. "Jakartaaa!" teriak Ralph Johnson yang sudah berusia 60 tahun itu.

Penonton semakin histeris. Satu-persatu personil Earth, Wind & Fire diperkenalkan menandai konser akan segera berakhir. Kemudian, ketiganya berkali-kali berpamitan membungkukan badan.

Verdine White, Philip Bailey, dan Ralph Johnson lantas meninggalkan panggung. Sementara band pengiring masih menyuguhkan musik yang memukau. Serentak penonton pun meneriakkan ''We Want More'' hingga ketiganya kembali ke panggung.

Lampu tiba-tiba mati. Saat panggung kembali terang, giliran Philip Bailey yang menyapa penonton dengan menggunakan bahasa Indonesia. "Indonesia, apakabar semuanya?" teriaknya.

Penonton membalas dengan gemuruh teriakan dan tepuk tangan. Tak lama-lama, lagu In the Stone menghentak malam itu sekaligus menutup konser yang berlangsung sekitar 1,5 jam.

Lagu pun usai. Para personil melambaikan tangan kepada penonton. Mereka akan melanjutkan rangkaian tur 'Guiding Lights Tour 2012'ke Singapura, Bangkok, dan Australia. Indonesia boleh berbangga hati karena menjadi negara pertama yang disambangi band asal Amerika itu.

Penonton yang masih tampak sumringah mulai meninggalkan panggung. Beberapa penonton masih berharap kejutan lain dari Earth, Wind & Fire dengan tetap bertahan di dalam. Mesin waktu kembali membawa mereka pada realita. Namun nostalgia bersama Earth, Wind & Fire akan terus membekas. "Nostalgia banget," kata salah satu penonton Ike (55).

Ike mengaku merasa dibawa pada masa ia masih remaja. Ia juga mengagumi penampilan mereka yang masih atraktif meskipun sudah tidak muda lagi. "Suaranya masih kuat dan tinggi meskipun sudah tua," katanya.

Penonton lainnya, Feri Omardani (55), juga merasakan hal yang sama, nostalgia. Sepanjang konser, Feri yang mengagumi Earth, Wind & Fire sejak duduk dibangku SMA itu terus bernyanyi dan berdansa. "Saya suka hampir semua lagu mereka," katanya.

Namun ternyata, penampilan Earth, Wind & Fire tidak hanya membekas untuk kaum yang sudah berumur. Cindy yang masih berusia 17 tahun juga terpukau dengan konser tersebut. "Wow banget!" kata Cindy yang mengenal lagu-lagu Earth, Wind & Fire dari ayahnya itu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement