REPUBLIKA.CO.ID,Dunia komik memiliki cita rasa dan ciri berbeda antara yang ada di satu negara dengan yang ada di negara lainnya. Jika komik Amerika cenderung berciri manis, lucu dan heroik macam Superman dan Album Walt Disney, maka komik dari Jepang menyajikan rasa naturalis. Sedangkan komik Eropa punya ciri lain lagi. Dua pengarang komik Eropa, Francois Schuiten dan Benoit Peeters, kian memperkaya khasanah komik Eropa dan komik dunia pada umumnya dengan menciptakan serial komik grafis Les Cites Obscures.
Komik yang diproduksi sejak tahun 1982 dan dipublikasikan Casterman di Brussel dan Belgia ini mendapat sukses besar di Eropa dan Amerika. Menurut Schuiten, hanya sedikit yang telah diterjemahkan dan dicetak di Inggris. Komik yang berseting kawasan suram di kota-kota imajinatif ini memiliki tokoh-tokoh yang berbeda pada tiap ceritanya.
Schuiten memaparkan, komik kontemporer yang ia ciptakan itu menggambarkan kota-kota imajinasi tapi berhubungan dengan realitas kota-kota sebenarnya. ''Kita menciptakan dunia imajinasi yang conndong ke fantasi. Namun kota-kota yang digambarkan mempunyai hubungan dengan dengan realitas modern,'' urainya saat jumpa pers peluncuran komik berjudul Menara (La Tour) yang merupakan serial Les Cites Obscures, Sabtu pekan lalu di pusat kebudayaan Perancis (CCF).
Kedua pengarang tersebut lewat komik-komiknya mengenalkan dunia kawasan suram: Samaris, Urbicande, Babel atau Brusel. ''Kota-kota komik dengan penampilan yang mengejutkan karena kita dapat menjelajahi dunia surealis dan realis,'' tutur Schuiten yang hidup di lingkungan keluarga arsitek. Album mereka ini senantiasa mempertanyakan hubungan antara arsitektur dan kekuasaan.
Schuiten menerangkan bahwa komik Eropa memiliki perbedaan mendasar dengan komik Amerika. ''Komik Amerika berkembang melalui media koran, sedangkan di Eropa awalnya dikenal dalam bentuk buku,'' paparya. Selain itu, tambah Schuiten, tokoh-tokoh heroik adalah ciri khas Amerika. ''Sedangkan Eropa lebih personil dan kaya akan tema,'' jelasnya.
Di Belgia dan Perancis, lanjut Peeters, komik ditujukan pada publik yang bervasiasi. ''Gambar dan penceritaan yang dibuat berbeda-beda. Jadi, tak terbatas pada anak-anak saja, tapi juga untuk dewasa,'' tukasnya. Kendati ada perbedaan, Peeters mengatakan, komik Eropa dan Amerika juga memiliki persamaan warna dan tradisi kreatifitas yang kaya.
Kartunis Eropa, menurut Peeters, memiliki tradisi kuat bekerja bergandengan dengan penulis skenario. ''Sebab, mereka yakin bahwa cerita yang bagus saja bukan jaminan. Harus ada dukungan naskah dan ilustrasi yang bagus pula. Kesemuanya ini harus saling melengkapi satu dengan lainnya dibanding kemampuan semata,'' paparnya. Kualitas kriteria itu, tandas Peeters, juga menunjukkan kekerasan hati yang menjadi bentuk penghargaan sempurna bagi seni.
Serial yang ditujukan pada segmen berpendidikan ini telah diterjemahkan dalam sebelas bahasa. ''Dan untuk Asia, pertama kalinya komik ini diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia,'' ungkap humas CCF Azizah Aswani. Sejak diterbitkan sekitar 20 tahun ini, serial ini telah menerbitkan 13 seri.
Serial Les Cites Obscures ini mengimajinasikan adanya dunia lain yang pada waktu bersamaan juga berdenyut dan bernapas serta berjarak tak sejauh bintang di langit. Setiap orang dapat menuju ke tempat itu bahkan tanpa terlihat beranjak ke luar rumah. Hanya melangkah ke sebuah pintu yang berada pada gedung yang sama. Atau bisa juga melalui mimpi-mimpi tidur siang setelah mengamati lukisan kontemplatif dan membolak-balik lembar buku istimewa.
Dunia itu adalah sebuah kawasan bergerak yang tua tapi menarik, memiliki arsitektur menakjubkan dengan kebiasaan-kebiasaan aneh. Seperti dunia yang kita miliki, dunia lain itu memiliki juga siang dan malam, terang dan gelap dalam hitungan yang seimbang, serta tak pernah diam pada tiap waktunya.
Kisah perdana Obscure Cities mulai dipublikasikan pada Juni 1982 ketika Perancis secara periodik mempublikasikan secara mencicil buku cerita Les Murailles de Samaris (The Walls of Samaris). Kemudian, terbitan ini kian tumbuh pesat baik dalam ukuran maupun tema menjadi sebuah motivasi besar bagi pengarangnya untuk tetap menjaga kreatifitasnya.
Istilah Obscure Cities (kawasan suraam) itu sendiri sebenarnya merupakan terjemahan dari judul sebenarnya Les Cities Obscures. Dalam bahasa Perancis obscur memiliki makna yang sama dengan akar kata Latin obscurus yang artinya sebuah tempat dengan tidak memiliki cukup cahaya. Dan sebenarnya kata itu perluasan makna yang sebuah lokasi yang tak dikenal. Sehingga Les Cites Obscures memiliki imej sebuah kota yang sangat jauh dan misterius, setengah tersembunyi dan menyeramkan.