Rabu 28 Mar 2012 13:26 WIB

Merasakan Horor Sesungguhnya di 'Hi5teria'

Rep: Nur Feby Rosiana/ Red: Hazliansyah
Hi5teria
Hi5teria

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika selama ini genre film horor di Indonesia lebih banyak  dibumbui dengan adegan seks, maka berbeda dengan film horor yang satu ini. Adalah 'Hi5teria', sebuah film omnibus dengan tema thriller yang di produseri oleh salah seorang sutradara wanita sukses Indonesia, Upi. Hi5teria merupakan sebuah project kegelisahan dari Upi yang melihat bahwa Indonesia memiliki sutradara muda berbakat namun mereka tidak memiliki link atau networking yang akan membawa karya mereka diperlihatkan ke masyarakat luas.

"Saya sering banget diminta untuk mengajar, saya pikir saya cuma punya link dan networking. Mereka sekolah film tapi enggak ada linknya. Sutradara yang di bioskop namanya itu-itu aja, padahal banyak anak muda berbakat. Mudah-mudahan ini tahun pertama hi5teria, nanti ada angkatan kedua," ujar Upi dalam press screening film Hi5teria di Planet Hollywood Jakarta, Selasa (27/03). Upi menuturkan Indonesia memiliki banyak potensi, dan membuka peluang bagi anak-anak muda itu sama dengan membangun dan memperkaya perfilman di tanah air.

Upi pun akan merencanakan project Hi5teria menjadi project tahunan, sehingga tiap tahunnya nanti akan ada lima sutradara muda berbakat Indonesia yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dalam membuat film berkwalitas. Film omnibus akhir-akhir ini memang sering kita lihat di bioskop. Omnibus merupakan sebuah penggabungan beberapa cerita dalam satu film, kali ini film omnibus Hi5teria yang digerakkan oleh Upi dan Chand Parwez Servia dari Starvision memberikan kesempatan bagi lima sutradara muda berbakat yang telah dipilih langsung oleh Upi.

Chand Parwez menuturkan pihaknya mencoba menggabungkan lima ide, dari lima tim produksi, lima sutradara, menyajikan lima mimpi buruk. "Starvison melibatkan tim post produksinya, dengan kreatif editor yang disupervisi oleh Cesa David Luckmansyah, musik oleh Tya Subiakto Satrio dan sound designer Khikmawan Santosa yang dilengkapi tata suara Dolby Digital," tuturnya.

Lima sutradara yang beruntung bisa mewujudkan mimpi-mimpinya tersebut dalam lima cerita adalah Adriyanto Dewo 'Pasar Setan', Chairun Nissa 'Wajang Koelit', Billy Christian 'Kotak Musik', Nicholas Yudifar 'Palasik', dan Harvan Agustriansyah 'Loket'. Hi5teria mengangkat cerita dari mitos-mitos masyarakat yang telah berkembang di Indonesia, dengan tampilan sangat menarik, yang akan membuat Anda terdiam dan juga berteriak.

Adriyanto Dewo yang membuat film pendek berjudul 'Pasar Setan' menuturkan jka dirinya belum pernah membuat film thriller sebelumnya, ia tahu bahwa film dengan genre tersebut selalu dipaku dengan sesuatu yang mengagetkan, tata cahaya kontras tinggi atau wujud yang menyeramkan, dan Ardiyanto ingin mengubah semua hal itu. "Kenapa tidak kita mencoba membuat film thriller dengan kondisi siang hari dan menyentuh," tuturnya.

Mengambil syuting di Gunung Lawu cerita 'Pasar Setan' mengambil sebuah ide cerita yang sering kali didengar oleh para pendaki gunung, itu pulalah yang sering didengar oleh Adriyanto ketika SMP dan SMU. 'Pasar Setan' merupakan sebuah legenda rakyat yang tinggal di lingkungan gunung, siapa yang masuk atau tidak sengaja masuk kedalam pasar tersebut maka setelah itu akan tersesat kadang bisa ditemukan kadang tidak.

Film kedua yang tak kalah membuat otak menegang adalah 'Wajang Koelit' yang disutradarai oleh Chairun Nissa, walaupun hanya sempat beberapa kali menonton wayang kulit tapi Chairun menuturkan ia seringkali mendengar cerita-cerita mitos dibalik wayang kulit tersebut. Syuting tiga hari di studio alam Depok menciptakan suasana perkampungan Jawa Tengah terasa sangat seru.

Chairun menuturkan 'Wajang Koelit' menggabungkan antara isu internasional dengan lokalitas budaya, di mana peran utamanya, pihak asing. "Sebuah film thriller yang berbeda dari kebanyakan film Indonesia lainnya, ada eksotisme, bagaimana kita merasakan mistis dalam tingginya budaya Jawa," tuturnya.

Cerita ketiga 'Kota Musik' yang menghadirkan kisah dari masyarakat timur yang sudah modern, tetapi seringkali mendengarkan cerita takhayul sebagian orang percaya dan sebagian tidak. Billy Christian menuturkan tidak ada yang salah dengan hal itu, karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang harus dihormati dan merupakan bagian dari kebudayaan kita.

"Dunia science yang semakin hari menguak pertanyaan-pertanyaan gaib adalah sebuah tantangan bagi mereka yang percaya," tutur Billy. Tokoh Farah dalah cerita tersebut merupakan seorang wanita yang cerdas dalam hal pengetahuan dan selalu bersikap skeptis menganggap takhayul sebagai sebuah lelucon.

Rasa takut yang timbul di dalam diri Farah berasal dari ketakutan dia akan kematian, ketidaksanggupan dirinya untuk menghadapi kematian itu sendirilah yang membuat Farah kembali kepada keyakinannya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari dirinya, yaitu Tuhan.

Cerita keempat berasal dari legenda atau kepercayaan masyarakat Minangkabau dan Melayu yaitu Palasik yang menurut kepercayaan Minangkabau palasik bukanlah hantu tetapi manusia yang memiliki ilmu hitam tingkat tinggi. Sang sutradara Nicholas Yudifar menuturkan film pendek Palasik diintensikan untuk memberikan pengalaman yang berbeda dari tontonan thriller kebanyakan.

"Secara umum penggambaran palasik akan mirip dengan deskripsi dari literatur yang membahasnya namun tentu presentasinya akan dibuat lain sesuai kebutuhan filmis", ujarnya.

Cerita terakhir berjudul 'Loket' yang disutradarai oleh Harvan Agustriansyah, setting cerita dalam film tersebut dibuat dengan sangat minim yaitu hanya berada di satu tempat dan dengan minimnya karakterisasi pemain dan juga dialog didalamnya. Minimnya pemain dan hanya mengambil syuting di sebuah parkiran yang berada di lantai dasar tak kalah memberikan ketegangan dari film-film lainnya, walaupun minim dialog tetapi ekspresi dari para pemain tak dipungkiri bahwa mereka adalah orang-orang hebat.

Film yang akan tayang di bioskop mulai 29 Maret tersebut tidak hanya memberikan suguhan yang berbeda dalam sebuah cerita thriller, tetapi juga menghadirkan pemain-pemain film berbakat Indonesia seperti Tara Basro, Dion Wiyoko, Ichi Nuraini, Bella Esperance, Poppy Sovia, Sigi Wimala, Dinda Kanya Dewi, Imelda Therinnie, serta satu pemain asing Maya Otos.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement