REPUBLIKA.CO.ID,Kalaulah kemashuran dan kekayaan sudah diraih John Grisham, itu tidak datang dari profesi pengacara yang sebenarnya digeluti pria kelahiran Jonesboro, Arkansas, 8 Februari 1955 ini. Itu semua datang dari profesi lain yang mulanya sekadar dilakukan sebagai penyaluran rasa penasaran: pengarang novel. Novel-novel berlatar masalah hukum karya Grisham, ternyata laku keras, dan tercatat international best seller. Toh Grisham yang sejak menyelesaikan kuliah di Mississippi University mulai berkarir sebagai pengacara, belum sepenuhnya ''cerai'' dengan dunia hukum praktis. Bagi Grisham, profesi pengacara justru membuat dia bisa terus-menerus mempertajam naluri kepenulisan.
Pengetahuannya terhadap belantara hukum Amerika, banyak membantu Grisham -- yang juga anggota Badan Pembuat Undang-Undang di Mississippi -- membangun karakter tokoh novel-novelnya. Intrik-intrik dan kebusukan, pemutarbalikkan kejahatan menjadi kebenaran. bagi Grisham, tidak sekadar fakta kering. Di balik itu, ada manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan. Yang harus dipandang dan diperlakukan sama di hadapan dewi keadilan.
Praktek-praktek yang setiap hari lazim dilihat dan dialami Grisham, sangat kuat mewarnai novel-novelnya. Novel pertama Grisham -- yang diperkenalkan ke publik --, The Firm, mencatat sukses besar di 1991. Novel tentang seorang pengacaranya muda yang terperangkap dalam genggaman mafia ini, selama 47 minggu masuk daftar The New York Times sebagai buku terlaris. Tak hanya novelnya yang sukses. Tatkala diangkat ke layar lebar dengan pemeran utama Tom Cruise, The Firm jadi salah satu film box office di 1993.
Sukses The Firm diikuti karya Grisham berikutnya: The Pelican Brief. Novel yang menyusul diangkat ke layar lebar pada 1994 ini -- dengan pemeran utama Julia Roberts --, berkisah tentang keuletan seorang mahasiswi fakultas hukum membongkar kebusukan kolusi politisi dan pengusaha. Hasilnya, film The Pelican Brief juga sukses besar.
Novel berikutnya, The Client dan The Chamber juga menikmati status yang sama sebagai buku terlaris. Bahkan, The Client yang difilmkan hampir bersamaan dengan The Pelican Brief, sempat jadi pembicaraan luas di Amerika. Lewat The Client pula aktris Susan Sarandon masuk nominasi Oscar. Di balik kisah sukses Grisham, siapa yang menduga, novel pertamanya A Time To Kill justru baru belakangan diterbitkan -- setelah The Firm dan The Pelican Brief. Untuk menulis karya master piece ini, Grisham yang kala itu masih berpraktek sebagai pengacara, hampir tiga tahun harus mengurangi waktu tidurnya.
Grisham menerima bayaran Rp 14 miliar untuk kesediaannya mengizinkan A Time To Kill difilmkan. Film yang dibesut sutradara Joel Schumacher ini, saat pertama kali diputar, langsung mengundang decak kagum khalayak. Sekali lagi, novel Grisham jadi box office di layar lebar. Dengan segala kemasyuran dan kekayaan yang diraih, bersama keluarganya, Grisham kini menetap di kota Oxford, Mississippi. Di luar kesibukan menulis, Grisham yang novel-novelnya sudah diterjemahkan dalam 31 bahasa, senang bercengkerama dengan istrinya Renee serta dua anak mereka: Ty dan Shea.