Rabu 21 Mar 2012 02:30 WIB

Ts'ai Lun dan Kertas

tsai lun
Foto: casepaper.com
tsai lun

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Putut Widjanarko

Ts'ai Lun mungkin salah satu orang yang melakukan bunuh diri dengan elegan. Sebelumnya ia mandi bersih-bersih, mengenakan bajunya yang terindah, lantas minum racun yang mematikan. Mulanya Ts'ai Lun hanyalah pegawai biasa pada pengadilan kerajaan Cina.

Kurang lebih pada tahun 105 M, ia mempersembahkan contoh kertas yang ia buat dari pohon murbei pada Kaisar Ho Ti. Bahkan kertas ini belum pernah ada sebelumnya. Karenanya, menyadari betapa besar manfaatnya, Kaisar girang sekali. Ketimbang media tulis sebelumnya, kertas mudah dilipat dan tentu saja lebih enak dipakai. Sebelumnya buku biasanya dibuat dari bambu, yang karuan saja membuat buku jadi berat dan kikuk. Malah ada buku yang dibuat dari kain sutera, yang tentu saja jadi mahal untuk rakyat jelata. Sedang di Barat dan Arab, buku dibikin dari papirus, juga kulit kambing atau lembu -- yang selain langka juga mahal.

Karenanya tak heran Ts'ai Lun pun lantas dinaikkan pangkatnya, dihadiahi gelar bangsawan, dan dengan sendirinya ia menjadi cukong. Tapi belakangan Ts'ai Lun, yang orang kebirian itu, terlibat politik praktis anti-istana yang membuatnya didepak. Belakangan ia lantas, ya itu tadi, bunuh diri minum racun.

Menakar pentingnya penemuan ini, kalau Michael Hart lantas menempatkannya pada nomor tujuh dalam buku Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (diterjemahkan almarhum Mahbub Djunaidi, salah seorang kolumnis terbaik Indonesia, diterbitkan Pustaka Jaya, 1982). Nomor satu, kita tahu adalah Nabi Muhammad Saw., disusul berturut-turut oleh Isaac Newton, Nabi Isa, Budhha, Kong Hu-Cu, St.Paul -- baru tokoh kita minggu ini, Ts'ai Lun.

Tetapi Hart heran kenapa Ts'ai Lun begitu sedikit dikenang. Bahkan tak sedikit ensiklopedia besar tak menyinggung namanya barah sepatah pun. Ada pula sangkaan bahwa Ts'ai lun cuma tokoh rekaan. Tapi penyelidikan membuktikan bahwa Ts'ai Lun nyata ada dan bukan sejenis jin dalam dongeng.

Tempat Ts'ai Lun yang nomor tujuh itu tepat di atas Johann Gutenberg, sang penemu mesin cetak. Mulanya Hart bingung mana yang lebih penting antara Ts'ai Lun dan Gutenberg. Akhirnya ia memutuskan bahwa Ts'ai Lun lebih penting. Alasannya karena kertas tak melulu dipakai untuk bahan tulisan. Ts'ai Lun hidup jauh lebih dulu, dan jikalau pun mesin cetak tak ditemukan penggunaan kertas akan tetap penting untuk menulis.

Di Cina, kemudian, penggunaan kertas sudah meluas pada abad ke-12. Dalam beberapa abad Cina mengekspor kertas ke negara-negara Asia lain, dan memegang monopoli komoditas ini karena memendam rapat rahasia pembuatan kertas. Tetapi pada tahun 751, beberapa ahli pembikin kertas tertawan oleh orang Arab -- dan membocorkan rahasia itu. Tahun itu pula kertas sudah dibikin di Samarkand, dan pabrik kertas sudah didirikan pada tahun 793 di Baghdad pada era Khalifah Harun Al-Rasyid. Menjelang akhir adab ke-9, tulis Ziauddin Sardar dalam Mengenal Islam: For Beginner (Mizan, 1997), kertas sudah menjadi standar untuk komunikasi tertulis. Bahkan seorang pengembara Persia yang datang ke Kairo menceritakan bahwa pedagang telah membungkus sayuran dan rempah-rempah dengan kertas.

Sesudah itu, perkembangan kertas tak terbendung lagi. Pada abad ke-14 sudah berdiri pabri kertas di Eropa -- terutama di Spanyol, Italia, Perancis dan Jerman. Kombinasi dua teknologi, kertas dan mesin cetak, tak ayal lagi memudahkan dan memurahkan penyebaran pengetahuan dan informasi. Revolusi Informasi Pertama yang disebut-sebut oleh Alvin Toffeler itu tak pelak lagi adalah buah manfaat gabungan dua teknologi ini.

Alhasil, umat manusia selama berabad-abad hidup dengan kertas, dan kertas menjadi salah satu komoditas penting. Karenanya tatkala harga kertas membumbung seperti pesawat jet belakangan ini, tak ayal banyak orang lalu berkepentingan.

Ts'ai Lun, dari alam kuburnya, tentu tak menduga yang ia temukan ternyata begitu penting bagi umat manusia. Seandainya ia tahu, ia tentu tetap mandi bersih dan memakai pakaian indah, tetapi tidak terjun ke politik praktis dan tidak minum racun. Tetapi, nasib orang siapa tahu?

sumber : selisik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement