REPUBLIKA.CO.ID, 25 tahun yang lalu, tepatnya 27 Maret 1987, Koestono Koeswojo atau lebih dikenal dengan Tonny Koeswojo menghembuskan nafas terakhir. Tonny wafat karena penyakit kanker usus. Tonny adalah salah satu dari ikon legenda musik di Indonesia. Bersama bandnya Koes Bersaudara yang kemudian bermetaforsis menjadi Koes Plus, pria simpatik ini menjadi sumber inspirasi bagi band-band yang tumbuh dan berkembang di Indonesia
Pengalaman musikal Tonny telah terasah ketika bergabung dengan suatu grup ludruk setempat di Tuban, dan mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan GMNI dan HMI tentu saja hanya dalam urusan musik. Kemampuan musiknya dipelajari secara otodidak dan mempelajari not balok dari Nick Manolov serta gaya pemetikan gitarnya mengikuti gitaris spanyol Carcasi dan Tjio Bun Tek - guru gitar klasik di Jakarta.
Kesuksesannya mendirikan grup musik Teenager's Voice pada 1952 dan berubah nama menjadi Irama Remaja bersama Sophian Sophian memberikan kepercayaan diri seorang Tonny Koeswoyo untuk menyodorkan Koes Brothers di tahun 1962 pada Mas Yos, pemilik Perusahaan Irama Recording. Band ini diseleksi oleh dedengkot jazz, Jack Lesmana. Talenta Koes Brothers menarik perhatian Jack, mereka pun lolos seleksi dan langsung ditawarin rekaman.
Band ini awalnya dari lima anak anak Koeswoyo yaitu Koesdjono (Jon Koeswoyo), Koestono (Tonny Koeswoyo), Koesnomo (Nomo Koeswoyo), Koesyono (Yon Koeswoyo) dan (Koesroyo) Yok Koeswoyo. Mereka dibantu tetangga keluarga Koeswoyo di Jalan Mendawai III/14 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan antara lain Iskandar, Tommy Darmo, Jan Mintaraga.
Band ini berlatih dengan peralatan musik sederhana dan amplifier buatan dalam negeri. Dalam perjalanan berikutnya, Iskandar dan Tommy Darmo memutuskan keluar sedangkan Jan Mintaraga menekuni hobi dan berprofesi sebagai pembuat komik. Dengan konsep musik ala Everly Brother's dan Kalin Twin, band ini berubah nama menjadi Koes Bersaudara.
Rekaman pertama mereka Lagu Senja, Bis Sekolah, dan Telaga Sunyi. Namun sebelum rekaman ini selesai, Djon Koeswoyo mengundurkan diri karena lebih berkonsentrasi kepada pekerjaannya di sebuah kontraktor sipil. Band ini akhirnya tinggal berempat. Posisi Jon Koeswoyo sebagai pemetik bass digantikan adiknya Yok Koeswoyo.
Rekaman mereka ternyata banyak disukai orang. Sejumlah singlenya seringkali ditayangkan di RRI dan Radio AURI. Band ini mulai dikenal tidak hanya di Jakarta. Namun, juga sudah merambah luar Jakarta.
Singel yang direkam di piringan hitam mulai banyak dicari orang. Singel Harapanku, Kuduslah Cintamu, Aku Rindukan Kasihmu, Angin Laut, Gadis Puri, Bis sekolah, Aku Rindu, Senja, Oh Kau Tahu, Pagi Yang Indah, Aku rindu & Awan putih laris manis di pasaran. Puncaknya adalah ketika Kus Bersaudara merilis album pertama mereka. Sejumlah lagu seperti Dara Manisku, Jangan Bersedih, Harapanku, Dewi Rindu,, Bis Sekolah, Pagi Yang Indah, Si Kancil, Oh Kau Tahu, Telaga Sunyi, Angin Laut, Senja, dan Selamat Berpisah berhasil mengeser popularitas lagu-lagu mendayunya Rahmat Kartolo dan Alfian yang saat itu mendominasi pasar musik di Indonesia.
Kelebihan Koes Bersaudara pada saat itu ternyata ada pada diri Tonny Koeswoyo. Ia meramu musik Koes Bersaudara dengan resep Simple is beautiful- Sederhana itu indah. Koes Bersaudara banyak menggunakan syair yang memiliki ritme (sajak persamaan bunyi) sehingga enak dibaca dan didengarkan. Tak hanya itu, Tonny sebagai otak Koes Bersaudara tidak meninggalkan faktor metre (banyaknya kata dalam satu baris) dan harus tepat tekanan kata pada birama, serta notasi lagu harus sesuai dengan arti kata syair tertentu.
Untuk mempertahankan originalitas lagu dan musik Koes Bersaudara, Tonny melarang adik adiknya membuat lagu. Ia juga melarang Nomo Koeswoyo (drummer) belajar memukul drum kepada Domingo Roda di Kemayoran. Kedisiplinan, ketelatenan dan keoptimisan Tonny Koeswoyo mengasah talenta adik - adiknya bermusik dan bernyanyi menghasilkan kesuksesan show Koes Bersaudara, baik di tempat hajatan pengantin, resepsi ulang tahun, sunatan, kegiatan amal hingga menjadi musik pengisi jeda antar pemutaran film di Bioskop.
Tonny Koeswoyo bertekat untuk hanya membawakan lagu lagu ciptaan mereka sendiri walaupun dalam kenyataan dikalahkan dengan tuntutan penonton yang mengharap mereka memperdengarkan lagu-lagu Beatles, Ricky Nelson, Everly Brother's dari mulut mereka. Keinginan memuaskan penonton tidak sebatas menyanyikan lagu The Beatles bahkan penampilan mereka berubah menggunakan jas, celana ketat, sepatu berhak tinggi berujung lancip dan potongan rambut berponi.
Situasi politik pertengahan 1960-an yang mempertentangkan antara Lekra dan Manifest Kebudayaan menjadi alasan Presiden Soekarno mengeluarkan intruksi untuk kembali kepada kepribadian dan kebudayaan Indonesia dan melarang musik Ngak Ngik Ngok.
Ketika Koes Bersaudara manggung di pesta salah seorang perwira Angkatan Laut, mereka didemo sekelompok orang 'anti nekolim'. Akhirnya, Juli 1965, mereka berempat dipaksa ditahan di Penjara Glodok.
penulis: Wasis Susilo/komunitas pecinta musik Indonesia