Ahad 19 Feb 2012 21:29 WIB

Musik Rock di Indonesia Tahun 70 an (IV)

gaya sunatha tanjung
Foto: kpmi
gaya sunatha tanjung

REPUBLIKA.CO.ID,Aksi panggung memegang peranan yang penting bagi kesuksesan pementasan musik rock di era taun 1970-an. Saat itu, gaya panggung musik rock  di Indonesia meniru habis band-band terkenal.  Meskipun secara musikal suatu band tergolong berhasil dalam pementasan, tetapi jika tak didukung aksi panggung yang memadai maka band tersebut akan dinilai “culun” alias kampungan. Semakin hebat penampilan mereka di panggung, maka band ini akan semakin dikenal oleh publik.

Salah satu hal mendasar dari penampilan di panggung adalah ekspresi wajah. Para personel band harus dapat menggambarkan keadaan tema serta karakteristik lagu. Melalui aksi panggung yang 'nakal' misalnya akan dapat menutupi kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang terjadi dalam penyajian musiknya. Aksi sensasi di panggung merupakan salah satu hal yang penting dalam pertunjukan musik rock. Terkadang dapat mendongkrak popularitas dari pemusik itu sendiri.

Sebagai sebuah bentuk seni pertunjukan, pertunjukan musik rock rock memiliki gaya aksi tersendiri.

Kebebasan dalam bermain musik yang bercorak keras terlihat ”menabrak” batasan-batasan umum, baik musik, lagu maupun gaya pertunjukannya.

Aksi panggung para kugiran musik rock dekade 1970-an umumnya cenderung bersifat teatrikal. Terkadang mereka juga menyuguhkan aksi panggung bakar-bakaran gitar seperti yang dilakukan gitaris Deep Purple, Ricthie Blackmore dan Jimmy Hendrix. Jadi dalam suatu pertunjukan musik, para personel band ini tidak hanya menyuguhkan kepiawaian dalam bermusik saja, tetapi juga menampilkan aksi panggung yang sejalan dengan aliran musiknya.

Musik rock era 1970-an di dunia termasuk di Indonesia adalah musik panggung, karena hal itu merupakan tuntutan penonton untuk mendapatkan hidangan aksi panggung yang gawatnya harus nyaris sama seperti pemain atau penyanyi aslinya. Kadang penonton akan terpukau jika si personel meniru habis band-band dari luar.

Beberapa aksi panggung musisi rock Indonesia yang dikenal saat itu selain Ucok AKA adalah Arthur Kaunang. Ayah dari presenter Tessa Khaunang yang juga personel AKA ini dinilai mirip dengan aksi Keith Emerson, pentolan band ELP. Atau, aksi Adhi, personel band Equator Child dan Deddy Dores. Mereka berdua sering berakrobat dengan aksi memainkan tuts kibor dengan kakinya.

Deddy Dores yang juga disebut-sebut sebagai ”Wonder Guy” karena selalu memakai kacamata hitam saat itu dinilai sebagai reinkarnasi dari pemain gitar Deep Purple, Ritchie Blackmore karena aksinya yang sering menghantamkan dan merusak gitar yang dimainkannya. Demikian juga dengan Bonnie Nurdaya atau lebih dikenal sebagai Bonnie Rollies. Gitaris Rollies itu  dinilai sebagai perwujudan gitaris Yes, Steve Howe. Demikian juga dengan Harry Minggus yang dinilai banyak kalangan mirip dengan bassist Yes, Chris Squire.

Tak heran di sejumlah media, pemberitaan yang sering disorot adalah aksi panggung dan bukan karya yang dimainkan. Gitaris AKA Sunatha Tandjung dikenal mirip gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page. Ia dan Page  sering memainkan guitarnya sambil memutar-mutarnya di udara sehingga menciptakan raungan yang memekakan telinga. Pada suatu kesempatan dia pernah berkomentar seusai menonton konser Deep Purple di Jakarta, bahwa permainan gitaris Deep Purple saat itu Tommy Bolin biasa biasa saja.

Sementara Yongkie yang kemudian dikenal sebagai Yockie Suryoprayogo  mulanya dikenal sebagai kiboris handal dari band Zonk dan Fancy  pada awal tahun 70-an sangat dikagumi penonton karena kelihaiannya memainkan kibor seperti Patrick Moraz.

Sedangkan Albert Warnerin, gitaris Giant Step dari Bandung disebut-sebut sebagai Jeff Back-nya Indonesia. Belum lagi sang vokalis Giant Step Benny Soebardja yang kerap dijuluki sebagai Geddy Lee (Rush)-nya Indonesia. Odink Nasution, gitaris Young Gipsy dan beberapa lainnya di era 1970-an itu oleh banyak penggemar musik dijuluki sebagai kembarannya Steve Hackett.  Adiknya Debby Nasution yang di era 1970-an dikenal sebagai kiboris Genk Pegangsaan oleh banyak penggemar musik sebagai kembarannya Matthew Fisher (Procol Harum).

artikel ini ditulis MH Alfie Syahrine dari Komunitas Pecinta Musik Indonesia

sumber : KPMI
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement