REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Kebudayaan Rancage kembali menggelar perhelatan Hadiah Sastera Rancage. Hadiah ini merupakan bentuk apresiasi yang diberikan kepada para penggiat sastera Sunda, Jawa, Bali, dan Lampung. Pada perhelatan ke-24 tahun kali ini, Hadiah Sastera Rancage menganugerahi hadiah kepada tiga karya sastra
Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, Ajip Rosidi, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/1), menyatakan Hadiah Sastera Rancage untuk bahasa Sunda pada tahun ini diberikan kepada Acep Zamzam Noor untuk kumpulan sajaknya yang berjudul Paguneman. Sedangkan untuk bidang jasa dalam bahasa Sunda diraih Etti RS.
Hadiah serupa untuk bahasa Jawa diberikan untuk karya sastra berjudul Ombak Wengi, karya Yusuf Susilo Hartono. Ombak Wengi berhasil mengungguli sembilan karya lainnya. Sementara untuk jasa dalam pengembangan bahasa dan sastera Jawa adalah dosen jurusan Bahasa dan Sastera Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Sucipto Hadi Purnomo.
Untuk kategori bahasa Bali, anugerah ini diberikan pada tulisan berjudul Metek Bintang (Menghitung Bintang) karya Komang Adnyana. Sementara untuk jasa dalam mengembangkan bahasa dan sastera Bali diraih I Made Sugianto. Sugianto berjasa dalam menulis karya dalam bahasa Bali moderen, terutama cerita pendek. Selain itu, dia juga berusaha menerbitkan sastra Bali moderen dalam buku
Jasa I Made Sugianto terhadap perkembangan sastera Bali ada dua hal. Pertama, dia banyak menulis karya dalam bahasa Bali moderen terutama berupa cerita pendek yang dimuat dalam Bali Orti, suplemen Bali Post Minggu yang khusus untuk bahasa Bali. Kedua, dalam usahanya menerbitkan karya-karya sastera Bali moderen menjadi buku melalui penerbit kecil yang dikelolanya bernama Pustaka Ekspresi.
Selain itu, Yayasan Kebudayaan Rancage juga memberikan Hadiah Samsudi untuk bacaan kanak-kanak dalam bahasa Sunda. Hadiah ini diberikan untuk tulisan berjudul Asal-Usul Hayam Pelung jeung Dongéng-dongéng Cianjur Lianna, karya Tatang Setiadi.