Senin 16 Jan 2012 18:28 WIB

30 Ribu Murid SD AS Bakal Melahap Menu Makanan Ala RI

REPUBLIKA.CO.ID, Apa jadinya jika anak-anak Amerika Serikat yang akrab dengan makanan siap saji menyantap makanan khas Nusantara yang kaya bumbu? Nah, pemandangan menarik seperti itu, hanya akan berlangsung di ibu kota Amerika Serikat, Washington DC, pada 25 Januari mendatang.

Lebih dari 30 ribu murid yang berasal dari 126 sekolah setingkat Sekolah Dasar (SD) di kota itu, akan menikmati sajian makanan Indonesia pada jam makan pagi dan makan siang.

Kegiatan ini merupakan rangkaian acara 'Indonesian Food Day' yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, Amerika Serikat bekerja sama dengan lembaga yang membawahi dan mengatur penyelenggaraan sekolah negeri di Washington, DC Public School (DCPS).

Lalu, menu apa saja yang akan mereka santap? KBRI merilis terdapat berbagai menu yang diberikan, tergantung pembagian rayon dari SD itu.

Masing-masing murid di sekolahnya akan mencoba berbagai jenis masakan mulai dari gulai ayam, nasi uduk beras merah, orak-arik, dan pisang bakar. Sementara itu sebagian yang lain akan menikmati semur daging, selada padang, sate dan ikan panggang.

Makanan yang dipilih pun ternyata tak sembarangan. Hal ini karena Amerika Serikat menerapkan standar ketat dalam makanan sekolah, menyusul banyaknya kasus kegendutan yang menimpa anak SD di negara itu.

Oleh karena itu, makanan yang dipilih pun melalui penilaian dari ahli gizi dan diet DCPS. Menu-menu yang disajikan adalah hasil seleksi lebih dari puluhan menu yang diusulkan oleh KBRI.

"Standar makanan yang disajikan untuk murid-murid sekolah memang cukup ketat, karena harus sesuai dengan ketentuan gizi, kalori, protein dari biji-bijian dan vitamin yang ditetapkan oleh ahli gizi," kata Sekretaris II Hubungan informasi dan media KBRI di Washington DC, Nur Evi Rahmawati, dalam surat elektoniknya kepada ANTARA.

Selain itu, lanjut dia, makanan juga tidak boleh mengandung terlalu banyak minyak, lemak, dan gula. Ketatnya standar yang diterapkan, membuat nasi utama yang merupakan makanan pokok masyarakat di Tanah Air, diganti dengan nasi beras merah yang memiliki kandungan vitamin B1, B6, dan B12 yang tinggi.

Begitu juga, dengan makanan yang biasa digoreng dalam pengolahannya diubah dengan cara di panggang atau direbus. "Semua makanan itu akan langsung disiapkan oleh vendor penyedia makanan untuk sekolah dasar di DC, yaitu Chartwells, DC Central Kitchen, dan Revolution Foods," ujar dia.

Tak hanya tersaji di setiap sekolah, makanan-makanan khas Nusantara itu juga bisa didapati di sekolah adopsi KBRI, JC Nalle Elementary School. Kegiatan ini akan dibuka langsung oleh Dubes RI di Washington DC, Dino Patti Djalal.

Pengunjung juga bisa menikmati nasi uduk beras merah, orak-arik dan pisang bakar dengan bumbu otentik Indonesia. Selain itu, murid-murid juga akan mengikuti berbagai program pengenalan Indonesia melalui kegiatan mewarnai, 'mix and match' nama-nama makanan, buah-buahan dan binatang khas Indonesia.

Selain itu juga diadakan kursus membuat kue klepon yang akan diikuti oleh para murid. Kegiatan di JC Nalle direncanakan akan ditutup dengan kursus tari poco-poco yang akan diikuti oleh murid-murid, guru-guru dan undangan. Program tersebut merupakan proyek percontohan DCPS untuk memperkenalkan murid-murid SD dengan keragaman makanan internasional.

Diplomasi Kuliner

Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika, Dino Patti Djalal, mengatakan kegiatan merupakan bagian dari promosi Indonesia, khususnya melalui makanan Indonesia. "Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk diplomasi melalui makanan atau diplomasi kuliner," kata Dino.

Makanan Indonesia, memang relatif sulit dijumpai di daerah Washington DC karena terbatasnya jumlah restauran yang menyediakan makanan yang kaya dengan rempah-rempah itu. Kondisi ini berbeda dengan Belanda, yang terdapat 1.000 restoran Indonesia. Restoran Padang lebih mendominasi restoran-restoran Indonesia di luar negeri.

Restoran-restoran tersebut tak hanya menyediakan makanan bagi orang Indonesia di rantau, tapi sekaligus mempromosikan Indonesia karena penikmatnya tak cuma orang Indonesia yang berada di luar negeri.

Dalam dunia diplomasi, pengenalan melalui makanan dikenal dengan sebutan diplomasi kuliner. Namun Indonesia, bukanlah negara pertama yang melontarkan gagasan diplomasi kuliner.

Pakar gastronomi Paul Rockower seperti dikutip koran Belanda De Pers, mengatakan Thailand lebih dulu melakukan diplomasi tersebut. Pada 2002 pemerintah Thailand memperkenalkan paket diplomasinya yang bernama Global Thai Programme.

Program itu bertujuan untuk mempopulerkan makanan Thailand, menggalakkan wisata dan meningkatkan diplomasi dengan negara lain dengan memperbanyak restoran Thailand di luar negeri.

Kuliner khas Indonesia pun sebenarnya tak kalah dari Thailand. Masakan asal Sumatera Barat, rendang, pada pertengahan tahun lalu, masuk ke dalam daftar makanan terenak di dunia versi cnngo.com.

Selain rendang, terdapat 10 makanan khas Nusantara yang juga populer di lidah orang asing yakni soto betawi, nasi goreng, nasi kuning, pecel lele, gudeg, ketoprak, siomay, bakso, sate, dan gado-gado. Melalui cara diplomasi tersebut, makanan menjadi jembatan dunia untuk Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement