REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) gunakan kesenian wayang kulit sebagai media membangun karakter bangsa. Pagelaran kesenian tradisional ini digelar Jumat (2/12) malam di halaman kampus pascasarjana UGM.
Ini adalah kali kedua kerjasama tersebut dilakukan setelah sebelumnya diselenggarakan tahun lalu. Menurut Perwakilan Ditjen IKP Kominfo, Supomo, pagelaran ini menjadi wujud ajakan bahwa pembangunan karakter bangsa bukan hanya tugas pemerintah. Karakter bangsa juga dapat dibangun menggunakan media kesenian seperti wayang. Hal inilah yang melatarbelakangi kerjasama Kominfo dengan Pascasarjana UGM.
Pagelaran wayang kulit akan menghadirkan Ki Dalang Gunawan Pujo Karsono. Lakon yang akan dipentaskan adalah 'Bimo Krido'. Dalam lakon 'Bimo Krido' diceritakan bahwa Bimo salah satu tokoh Pandawa mengamuk di Astinapura bersama Kresna yang berubah jadi raksasa. Hal itu dikarenakan ulah Batara Guru, jelmaan Batari Durga yang mengajukan perdamaian atas kekuasaan negara Astinapura yang diperebutkan. Karena Bimo dan Kresna tidak mampu melawan Batara Guru, maka mereka meminta bantuan Begawan Dewa Kasimpar jelmaan Semar. Perjanjian itu menurut Pandawa hanyalah penghalang untuk merebut kembali negara mereka dari Kurawa. Pandawa tetap mengharap perang Baratayudha untuk merebut Astinapura.
Nilai moral yang ada di dalam kisah itu adalah keteguhan untuk menegakkan hak. Dalam hal ini untuk merebut kembali negara Astinapura secara sempurna. Tanpa diplomasi, karena diplomasi hanya akan menghalagi dan membuat cacat keutuhan Astinapura.
Menurut perwakilan rektor UGM, Adam Pamuji Raharjo, kesenian wayang kulit memang perlu untuk dimunculkan kembali. Pasalnya, kata dia, dalam kesenian wayang banyak sekali nilai-nilai moral yang perlu diajarkan pada generasi penerus.