Jumat 30 Sep 2011 18:06 WIB

Tarian Poco-poco Goyang Resepsi Diplomatik KBRI Kairo

Tari Poco poco
Foto: telegraph.co.uk
Tari Poco poco

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Goyang poco-poco memiliki daya tarik tersendiri dalam resepsi diplomatik untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 Kemerdekaan RI dibarengi dengan HUT ke-66 TNI di KBRI Kairo pada Kamis (29/9) malam.

Para hadirin tampak terkesima dan turut bergoyang ketika hentakan musik dan goyangan poco-poco yang dipersembahkan oleh para awak kapal TNI Angkatan Laut, KRI Sultan Iskandar Muda, yang saat ini berlabuh di Mesir dalam pelayaran ke Lebanon. KRI

Sultan Iskandar Muda merupakan bagian dari misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon Selatan. Selain tarian poco-poco, resepsi diplomatik yang dihadiri para diplomat negara sahabat Indonesia di Mesir tersebut dimeriahkan pula oleh mahasiswa dengan menampilkan Rafai Geleng (Aceh) dan Kecapi Suling (Jawa Barat), Tari sekar Jagat dan Tari Lilin yang dibawakan siswa-siswi Sekolah Indonesia Kairo,

Hidangan khas Indonesia, seperti bakso, sate, dan aneka makanan ringan juga menghangatkan suasana resepsi diplomatik tersebut.

Resepsi diplomatik tersebut dihadiri sekitar 500 undangan dari berbagai kalangan, antara lain para duta besar negara-negara ASEAN dan negara lainnya, kalangan ulama Al Azhar, tokoh masyarakat termasuk tamu kehormatan Asisten Menteri Luar Negeri Mesir Urusan Asia, Dubes Tarek Ghoneim.

Pentingnya Mesir

Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Kairo, Burhanuddin Badruzzaman dalam sambutannya mengatakan resepsi diplomatik ini merupakan bagian dari upaya mempererat hubungan hubungan baik antara Indonesia dan Mesir maupun dengan negara-negara lainnya.

"Setiap kali merayakan hari kemerdekaan, kami tidak pernah lupa akan peran penting Mesir yang tercatat sebagai negara pertama mengakui kemerdekaan Indonenesia," kata Burhanuddian dan menambahkan, kerja sama kedua negara terjalin erat sejak masa Presiden Soekarno dan Presiden Jamal Abdel Nasser."

Hingga saat ini, imbuhnya, kerja sama kedua negara di berbagai bidang semakin meningkat. Secara simbolik, resepsi dibuka dengan pemotongan tumpeng yang di kelilingi oleh para duta besar negara sahabat dan tamu terhormat lainnya, sebagai ungkapan rasa persatuan dan saling membantu satu sama lain.

Selain itu, sebagai apresiasi bagi para pemenang lomba foto yang kali pertama diadakan oleh KBRI, pemenang pertama mendapat hadiah istimewa yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI berupa fasilitas gratis berkunjung ke Indonesia mencakup Jakarta, Yogyakarta dan Bali selama sepekan pada pertengahan Oktober 2011.

Kemeriahan khazanah Nusantara dalam resepsi tersebut mendapatkan liputan media massa cetak dan elektronik setempat, antara lai TV Channel-3, majalah Rose El Youssef, koran Al Ahram, Jumhuriyyah, dan Al Akhbar. Menyinggung revolusi Mesir, KUAI Burhanuddin mengutarakan bahwa Indonesia memberi perhatian khusus dalam memberi kontribusi berupa berbagi pengalamannya dalam menjalani reformasi.

Ia merujuk pada kehadiran sejumlah tokoh Indonesia termasuk, antara lain, Menteri Luar Negeri Marty Netalegawa ke Kairo pada April 2011 dan dilanjutkan dengan kunjungan tokoh-tokoh sentral reformasi seperti mantan Presiden BJ Habibie, mantan Ketua MPR Amin Rais dan analis politik Dewi Fortuna Anwar.

"Indonesia akan senatiasa mendampingi Mesir dalam menghadapi masa-masa sulit di tengah-tengah transisi pasca revolusi," ujarnya.

Di samping itu, lokakarya (workshop) mengenai reformasi juga diselenggarakan oleh Institute for Peace and Democracy (IPD) Jakarta, dengan National Democratic Institute (NDI) Cairo dan Centre of Democratic Institute (CDI) Cairo. KUAI menambahkan, di bidang ekonomi, dukungan Indonesia bisa dilihat dengan partisipasi aktifnya dalam 'Cairo International Fair' April 2011, saat mesir masih dalam suasana revolusi.

Di bidang ekonomi, katanya, transaksi dagang sudah melebihi satu miliar dolar AS dan Mesir merupakan pasar non-tradisional terbesar bagi Indonesia dan diperkirakan hubungan tersebut semakin meningkat di masa mendatang.

Hal yang bersifat teknis pun dilakukan, baru-baru ini Indonesia mengirimkan dua ahli untuk memberikan pelatihan kerajianan dengan bahan dasar enceng gondok kepada para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Di bidang sosial budaya, Indonesia memberikan kesempatan bagi warga negara Mesir untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia secara gratis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement