REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-- Pengamat musik klasik, Maria Immaculata Setiadi, mengakui ternyata gamelan Jawa dapat mempengaruhi musik klasik barat.
Hal itu terlihat pada konser "The Isle is Full of Noises: Javanese Gamelan and Its Influence on Western Classical Music", yang adakan di Royal College of Music, London, ujar Maria, Jumat.
Menurut mahasiswa program S-2 di bidang piano performance, Royal College of Music (RCM) , di bawah bimbingan Prof Nigel Clayton, betapa unik ide yang ditampilkan lewat konser dua alat musik yang berbeda aliran itu.
Dikatakanya konser yang ditampilkan mahasiswa RCM dan didukung pemain dari Southbank Gamelan memang unik karena selain menampilkan lagu tradisional gamelan Jawa menggunakan instrument Gamelan Jawa yang dimiliki RCM, juga kolaborasi antara instrumen barat dengan Gamelan Jawa, serta lagu klasik barat yang memiliki pengaruh Gamelan Jawa.
Menurut Maria, pengaruh gamelan Jawa di lagu klasik barat ini bermula ketika Debussy dan Satie, keduanya adalah komposer Prancis mendengar suara gamelan pertama kali pada tahun 1889 di Paris Exposition.
Sejak itu, instrumen gamelan Jawa mempengaruhi beberapa komposer musik klasik barat, ujar Maria. Lagu-lagu klasik barat yang ditampilkan malam itu seperti Cloches a travers les feuilles (karya Debussy), Galamb Borong (karya Ligeti), Philemon and Baukis for violin and Javanese Gamelan (karya Lou Harrison), Gnossiennes 1-3 (karya Satie), Java Suite part 1 (karya Godowsky) dan karya kontemporer Game on Gamelan world premiere (karya William Dougherty) menunjukkan pengaruh yang terjadi dalam 120 tahun.
Musik tersebut dimainkan bergantian dengan karya tradisional untuk gamelan seperti Ladrang Wilujeng - laras slendro pathet manyura dan Pathetan Jugag, Gendhing Gambirsawit, Kebar Sumedhangan, Ketawang Subakastawa - laras slendro pathet sanga.