REPUBLIKA.CO.ID,DUSHANBE - Salah satu kalimat paling terkenal William Shakespeare adalah 'Apalah arti sebuah nama.' Kalimat ini seringkali diulang untuk menekankan bahwa nama bukanlah hal terpenting dari diri manusia.
Namun, kalimat ini nampaknya tidak berlaku bagi Presiden Tajikistan, Emomali Rahmon. Sebab, rakyat negeri Asia Tengah itu gemar memberikan nama-nama seram untuk anak-anak mereka.
Sebuah nama, menurut Rahmon, harus dibuat indah karena sebuah nama akan memainkan peran penting dalam menentukan takdir seseorang. Maka, sang presiden menyarankan agar para orangtua membaca kisah epik kuno Persia Shahnameh atau Buku Para Raja karangan Ferdowsi. Dalam kisah itu, lanjut Rahmon, banyak nama yang bisa digunakan para orangtua Tajikistan.
"Banyak nama indah dan bagus dalam buku Shahmaneh atau karya-karya klasik Tajikistan," kata Rahmon. "Bagaimana mungkin seseorang memberikan nama seekor serigala untuk anak-anak mereka?"
Sebab, kata Rahmon, dirinya kerap 'ketakutan' saat mengetahui nama keluarga seseorang. "Misalnya nama Gurgakov yang berarti serigala. Atau, Janjoliyev yang berarti konflik," kata ayah sembilan anak itu. "Bagaimana mungkin seseorang memberikan nama seekor serigala untuk anak-anak mereka?"
Tajikistan, negara berbahasa Persia berpenduduk tujuh juta jiwa, adalah negeri Asia Tengah bekas Uni Soviet termiskin. Negeri ini berupaya untuk melepas pengaruh budaya Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991. Namun, secara ekonomi negeri ini masih sangat bergantung pada Rusia.