Kamis 21 Jul 2016 08:12 WIB

Remaja Perlu Tahu Etika di Media Sosial

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Media sosial
Foto: pixabay
Media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, Belakangan muncul beberapa akun media sosial milik remaja, dalam dan luar negeri, yang menimbulkan pertanyaan. Pantaskah remaja yang baru lepas bangku SMA dan duduk di bangku kuliah menampilkan citra diri yang kurang positif.

Misalnya, memperlihatkan kemesraan berlebihan dengan lawan jenis. Menunjukkan diri sedang merokok atau menenggak minuman beralkohol. Hingga meluncurkan kata-kata kasar kepada haters atau orang-orang yang terang-terangan membencinya.

Fifi Alvianto, blogger sekaligus Instagrammer yang populer, menilai pentingnya ada pelajaran etika di media sosial. Ibu dua balita itu merasa prihatin melihat banyak akun di media sosial yang dipenuhi oleh kata-kata kebencian pada pemilik akun. Sedihnya, pemilik akun diketahui masih anak-anak.

“Kalau haters berbicara sangat kasar sekali dan jauh lebih tidak beretika untuk seukuran anak kecil. Hatersnya itu menggunakan kata-kata jorok yang berhubungan sama alat kelamin segala. Dan ini yang lebih mencemaskan ya buat saya," katanya, kepada Republika.co.id, Rabu (20/7).

Menurutnya, banyak anak-anak yang tidak memiliki edukasi media sosial di rumah dan di sekolah. Sehingga anak-aank bisa dengan mudah memiliki akun media sosial dan berinteraksi dengan pemilik akun media sosial lain. Anak-anak yang memiliki akun media sosial juga merasa tidak bermasalah mengunggah status atau foto yang dipandang tidak pantas bagi usianya karena tahu orang tuanya tidak akan mengeceknya.

Fifi mengaku ia pernah dimarahi habis-habisan waktu remaja karena kepergok foto-foto jalan-jalan bersama temannya sambil menonton konser. Padahal tidak ada foto yang sifatnya tidak pantas sama sekali. Ia dimarahi karena orang tuanya tidak tahu Fifi pergi.

“Itu belum zaman sosmed baru di handphone, lho. Kepergok juga karena orang tua saya memang jago mengulik gadget. Coba orang tua di luar sana yang gaptek tidak main Instagram, tidak akan tahu bagaimana perilaku sosmed anaknya, apalagi Snapchat tidak bisa dilihat ulang videonya. Anaknya juga tidak akan tahu bagaimana beretika baik karena tidak punya contoh,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement