REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Dosen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), DR IR Dwi Hastuti, M. Sc mengatakan pembentukan karakter anak dimulai sejak dalam kandungan. "Memiliki anak yang berprestasi membanggakan adalah harapan setiap orang tua, namun untuk menghasilkan generasi muda berkualitas tergangung dari peran orang tua masing-masing," katanya, di Bogor, Senin.
Ia menjelaskan, ada tiga kunci yang harus diterapkan dalam membentuk karakter anak yakni perhatian, pendekatan dan komunikasi. "Tiga point ini yang harus dikuasai para orang tua khususnya ibu," kata Dwi.
Dwi mengatakan, banyak hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam pertumbuhan hidupnya.
Selain harus memperhatikan tiga kunci tadi, orang tua juga harus menguasai kepribadian anak.
"Orang tua adalah panutan bagi anak, kalau berjalan memimpin di depan jadilah teladan," katanya.
Ia memaparkan, orang tua dan keluarga berperan dalam pembentukan kualitas anak, namun yang paling dominan adalah peran ibu. "Perlu dilakukan revitalisasi peran ibu," katanya.
Dwi mengatakan, peran keluarga sangat penting dalam kualitas tumbuh kembang anak ditambah revitalisasi peran ibu akan sangat menunjang tumbuhnya anak yang berkualitas. Dwi juga menjelaskan, hal-hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah kualitas perkawinan orang tua, perkawinan yang baik akan mendorong anak terlindungi dari masalah psikologi. "Kualitas perkawinan yang buruk sangat mempengaruhi psikologi anak untuk baik, dan cenderung buruk," katanya.
Oleh karena itu kata Dwi perlu stimulasi dari orang tua, karena anak memiliki daya rekam otak yang luar biasa. Dwi menjelaskan, perkembangan otak 95 persen terjadi pada usia di bawah tujuh tahun. Masa tiga tahun pertama, membangun fondasi struktur otak berdampak permanen. "Ketika dilahirkan ada 100 miliar neuron dan 50 triliun synapse, selanjutnya, ada 1000 triliun synapse yang dibentuk," katanya.
Dwi mengatakan, ada lima point pola pengasuhan anak dalam membentuk karakter anak yakni interaksi anak, orang tua dan masyarakat lingkungannya. Penyesuaian kebutuhan hidup dan temperamen anak dengan orang tuanya. Pemenuhan tanggungjawab untuk membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak. "Proses mendukung keberadaan anak, dan proses mengurangi resiko dan pelrindungan terhadap anak," kata Dwi.
Selanjutnya kata Dwi, orang tua juga harus menyadari tugasnya sebagai perawat anak, dengan mengibaratkan anak sebagai tanaman, orang tua bertugas untuk menyirami, menyiangi dan memangkasnya.
Orang tua juga harus memahami sifat anak yang bukan sekedar warisan dari orang tua saja. "Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dari diri anak bukan berasal dari fitrah. Tetapi timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan para pendidiknya," kata Dwi.
Orang tua adalah pelatih bagi anak, yakni membentuk "otot" karakter dan itu memerlukan proses yang panjang, memerlukan pengetahuan dan usaha dan praktik terus menerus. Dwi menyebutkan, kualitas tumbuh kembang anak dilihat dari fisik, kesehatan, intelektual, kreativitas, sosial dan emosi, moral dan karakter dan spiritual anak.
Selain itu, menurut Dwi gizi dan kesehatan fisik anak juga harus mendapat perhatian para orang tua. Dwi mengatakan, untuk mendapatkan anak yang berkualitas dimulai sejak awal perkawinan, proses kehamilan, melahirkan hingga merawat sang anak.