Kamis 04 Nov 2010 00:45 WIB

Penyelenggaraan ACIS X Pecahkan Dua Rekor MURI

Rep: Yulianingsih/ Red: Endro Yuwanto
MURI
MURI

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN--Penyelenggaraan 'Annual conference on Islamic Studies' atau Konferensi Kajian Ilmu-ilmu KeIslaman di Banjarmasin (1-4/11) memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Pemecahan rekor MURI tersebut sekaligus dilakukan untuk dua kategori, yaitu kategori kajian Islam terbanyak dalam satu event dan kategori event yang dihadiri guru besar terbanyak.

Ketua Panitia ACIS X, Dr H Mastuki MAg mengatakan, konferensi di Banjarmasin ini dihadiri sedikitnya 102 guru besar sekaligus dan membahas 100 makalah tentang kajian ilmu-ilmu KeIslaman. "Ini makalah kajian keIslaman terbanyak yang dibahas dalam satu event sekaligus," ujarnya. Penyerahan piagam rekor itu dilakukan pada penutupan ACIS ke 10 di Banjarmasin, Rabu (3/11) malam.

Guru besar yang hadir dalam event ini pun berasal dari seluruh Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) se-Indonesia dan beberapa guru besar dari negara serumpun (Malaysia, Thailand), guru besar dari negara Timur Tengah, Cina, dan Amerika Serikat yang hadir sebagai pemateri dalam kesempatan itu.

Menurut Mastuki, pemecahan rekor MURI tersebut diharapkan bisa menjadi pemicu bagi para pakar, pengamat, dan peneliti kajian ilmu keIslaman untuk terus meningkatkan kualitas kajian tentang keilmuan tersebut. Pasalnya, konferensi ini ke depan akan menjadi sebuah platform bagi kajian Islam di Indonesia bahkan di dunia.

 

Untuk peningkatan itu pun, ke depan penyelenggaraan konferensi tidak akan dilakukan setahun sekali. Tetapi akan digelar minimal dua tahun sekali oleh Assosiasi Kajian Islam (APIK) yang tidak hanya beranggotakan pakar, peneliti dan pengamat kajian Islam di Indonesia tetapi juga negara-negara anggota MABIMS (Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Singapura).

Karena itu dimungkinkan konferensi kajian Islam selanjutnya akan dibarengkan dengan forum pertemuan Menteri Agama anggota MABIMS tersebut. Dengan begitu konferensi kajian Islam tahunan (ACIS) di Banjarmasin tahun ini merupakan konferensi tahunan terakhir. "Ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pada peneliti mempersiapkan hasil kajiannya," tandas Mastuki.

Menurut Mastuki, pelaksanaan konferensi kajian Islam tersebut akan dilakukan oleh badan atau konsorsium yang dibentuk oleh APIK. Dengan dibarengkan kegiatan MABIMS tidak menutup kemungkinan konferensi semacam ini akan digelar di negara lain anggota MABIMS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement