Jumat 22 Oct 2010 07:07 WIB

Kecamuk Asmara di Percaturan Konflik

Red: irf
ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketidaksempurnaan fisik sejak kecil membuat kepercayaan diri Teungku Malem Diwa --seorang pemuda Aceh kelahiran Gampong Sagoe-- sering down. Di tengah pengaruh lingkungan dan konflik (DOM) Aceh, kondisi jiwanya terus tergerus metamorfosis kehidupan. Awalnya, ia merasa seperti orang gila. Lambat laun giliran jiwa dan pikirannya tertusuk-tusuk duri sindrom kematian.

Bisik-bisik maut membuatnya menjadi sesosok hamba Tuhan yang sama sekali tak bisa menikmati hidup. Seorang gadis cilik kemudian datang memberikan pancaran cahaya-Nya, membasuk duka di hatinya. Tapi itu hanya datang sesaat karena gadis itu kemudian pergi tak tahu rimbanya. Teungku Malem Diwa kecil kembali larut dalam nestapa. Surat-surat misterius terus diterimanya tanpa berkesudahan, bahkan hingga ia beranjak dewasa dan pindah ke Banda Aceh.

Seorang perempuan Tuhan lainnya tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Bunga Jeumpa Al Asywaq. Ia datang menyenandungkan filosofi-filosofi hidup sekaligus membawa persoalan baru bagi Teungku Malem Diwa. Tapi siapa sebenarnya Bunga Jeumpa Al Asywaq? Adakah kaitannya dengan surat-surat misterius?

Novel ini akan mengajak kita berseteru dengan Pulau Sumatera dan Batavia. Lebih jauh novel ini juga membongkar misteri dengan cinta di Esplanade Singapura, hingga bertransaksi di Walking Street, Pattaya, Thailand. Konflik politik, kegagalan, merajut masa depan, cinta, dan penderitaan menderu menjadi satu.

Judul         : Jiwa yang Termaafkan

Penulis      : Teungkumalemi

Penerbit     : Penerbit Republika

Tebal         : vi+426 halaman

Cetakan     : I (pertama), Oktober 2010

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement