REPUBLIKA.CO.ID,KEDIRI--Meski letaknya di sebuah kabupaten yang jauh dari Jakarta, Dusun Singgahan yang menjadi bagian Desa Pelem, tak bisa dipandang remeh. Jangan heran, bila anda suatu waktu berkunjung ke dusun yang terletak sekitar 36 kilometer Timur Laut Kota Kediri ini, anda akan merasa aneh mendengar bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari masyarakatnya.
Begitu pula dengan berbagai tulisan yang dipampang di seantero dusun. Warga di sana tak berbicara atau pun menulis menggunakan bahasa Jawa atau Indonesia layaknya masyarakat lainnya di Jawa Timur. Mereka justru menggunakan bahasa Inggris. Bukan karena di sana banyak orang bule alias asing, tapi karena memang masyarakatnya sudah terbiasa menggunakan bahasa internasional itu, khususnya bagi pelajar yang mondok di sana.
Dialog dalam Bahasa Inggris merupakan keharusan bagi warga di dusun Singgahan. Dan, karena itu pula jangan heran bila beragam nama toko, warnet, tempat usaha lain, maupun pemondokan hingga rumah makan memasang nama dengan menggunakan bahasa Inggris. Di sana ada Book Store, Laundry, Celluler, Harvard Course, Computer Course, Home stay, tertera di setiap tempat penyedia jasa. Tak heran bila dusun itu mendapatkan sebutan 'Kampung Inggris'.
Ada belasan tempat kursus Bahasa Inggris yang tersebar di empat RT yang ada di dua RW di Singgahan. Belasan tempat kursus tersebut melengkapi tiga lokasi BEC, yang merupakan perintis kursus Bahasa Inggris yang didirikan M Kalend O pada 1981. Beragam tempat kursus tersebut menyediakan program memperlancar Bahasa Inggris sesuai permintaan peserta, satu sampai tiga bulan.
Namun, khusus sang perintis, BEC, hanya menerima peserta program enam bulan dengan pelajaran setiap pagi, siang dan malam. Hari Minggu libur. Kursus setiap bulan tersebut dengan sasaran para pelajar setingkat SMP dan SMU maupun mahasiswa yang mengisi libur kenaikan kelas yang mondok satu bulan di Kampung Inggris. Mereka mengikuti wisata pendidikan.
Memasuki musim libur sekolah, Kampung Inggris dipadati para pelajar dari berbagai daerah yang berlibur sambil kursus satu bulan. Ciri khas para pelajar yang memadati Kampung Inggris sangat mudah ditebak; perempuannya berjilbab dan prianya berkemeja lengan panjang serta celana panjang.
Busana sopan itu merupakan salah satu kewajiban dalam menerapkan disiplin di Kampung Inggris. Tentunya mereka bercakap-cakap juga harus menggunakan Bahasa Inggris. ''Kedisiplinan itulah yang membuat para lulusan kursus di sini benar-benar menguasai Bahasa Inggris, khususnya dalam berkomunikasi,'' kata Kalend.