REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Seorang dokter asal Afrika Selatan memperkenalkan produk kontrasepsi terbarunya, kondom lengkap dengan dengan gigi geligi yang akan mengusir pemerkosa.
Kondom yang dinamakan Rape-Axe itu diperuntukkan bagi kaum wanita yang dilengkapi dengan gigi semacam kait untuk mencegah pemerkosaan.
Produk yang baru pertama kali dibuat itu merupakan obsesi dari Dr. Sonnet Ehlers saat berusia 20 tahun,s setelah ia bertemu dengan korban pemerkosaan yang sangat menderita hingga tampak bagaikan "mayat bernafas".
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Ehlers menceritakan bagaimana wanita korban tersebut mengatakan, "Jika saya punya gigi di bagian bawah sana".
"Kemudian saya berjanji, suatu hari saya akan melakukan sesuatu untuk membantu orang-orangnya seperti dirinya," ujar Ehlers.
Membuktikan janji tersebut, Rape-Axe memiliki gigi yang bergerigi menyerupai kait yang akan menghalangi masuknya penis seorang pria.
Seketika kondom khusus itu mengenai penis, maka hanya akan dapat dicabut oleh seorang dokter, yang diharapkan Ehlers, dengan prosedur itu dapat membantu penangkapan pemerkosa itu oleh pihak berwenang.
"Kondom itu akan menyakitkan. Pria itu tak akan bisa buang air kecil dan berjalan. Jika kondom itu berusaha dilepas sendiri, maka geriginya akan menjepit lebih ketat. Namun, tidak akan melukai kulit dan tidak berbahaya jika terkena cairan," paparnya.
Sekitar 30 ribu kondom khusus wanita itu kini sudah didistribusikan di berbagai kawasan Afrika Selatan yang tengah menjadi tuan rumah ajang Piala Dunia 2010.
Ehlers mengaku, dia telah melakukan langkah riset dan pengembangan sebelum merilis produk tersebut. "Saya berkonsultasi dengan para insinyur, ginekolog dan psikolog untuk meminta bantuan mereka terhadap desain sekaligus memastikannya tetap aman," tuturnya.
Setelah periode percobaan selesai, kondom bergerigi itu akan dijual sekitar 2,2 dolar AS.
"Hal itu akan membuat sebagian pria berpikir ulang sebelum mereka melecehkan seorang wanita," tegasnya.
"Situasi ideal tentu untuk wanita mengenakan kondom ini ketika dia sedang melakukan kencan dengan orang yang baru dikenal atau berada di kawasan yang tidak nyaman," tambah Ehlers.
Namun, para kritikus meyakini, kondom itu akan membuat wanita lebih rentan kekerasan dari pria yang terperangkap dalam alat tersebut.
"Hal itu juga berarti bentuk "perbudakan", ujar Victoria Kajja dari Pusat kontrol dan pencegahan penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention dari negara Afrika Utara, Uganda.
Ketakutan yang dirasakan korban, tindakan mengenakan kondom untuk mencegah pelecehan, dianggap sebagai perwakilan dari perbudakan yang seharusnya tidak ditujukan bagi wanita.
Afrika Selatan merupakan salah satu negara dengan tingkat pemerkosaan tertinggi, menurut Human Rights Watch.
Laporan dari Medical Research Council pada tahun 2009 mengungkap, 28 persen pria yang disurvei pernah memerkosa seorang wanita atau remaja, dengan satu dari 20 orang mengaku mereka melakukannya satu tahun yang lalu. Diyakini juga, sekitar 16 persen dari populasi di Afsel terinfeksi HIV.
Para wanita kini semakin waspada untuk mencegah pemerkosaan di Afrika, ujar Ehlers, termasuk dengan memasukan pisau cukur di bagian kewanitaan mereka.
"Saya percaya ada sesuatu yang bisa dilakukan, dan hal ini akan membuat mereka berpikir dua kali sebelum melecehkan wanita," pungkasnya.