REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH--Semakin banyak pembeli wanita mengeluh telah dilecehkan oleh salesman Arab yang bekerja di mal dan pasar di Jeddah. "Mereka bersikeras memberi kami kartu nama, namun ketika kami menolak, mereka memasukkan begitu saja ke dalam tas," ujar satu pembelanja wanita kepada Arab News. "Perilaku ini bisa menyebabkan kita banyak masalah dengan suami dan anak-anak," tambahnya.
Pengunjung lain, Sarah Al-Harbi, guru sekolah, menyatakan dia terkejut oleh perilaku buruk dari beberapa penjual yang mengucapkan kata-kata kotor di depan wanita. Dia meminta Komisi Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan (Haia) dan polisi disebar di mal dan pasar untuk melindungi perempuan dari pelecehan.
Asma Al-Zahrani berkisah hal yang berbeda. Ia bersama ibunya di sebuah toko penjual parfum ketika tiba-tiba pelayan mencoba meraih tangannya. Asma juga meminta kehadiran anggota Haia dan polisi dekat toko-toko ini, menambahkan bahwa ia telah melihat akhir-akhir ini bahwa perempuan telah mulai pergi ke pasar di perusahaan suami mereka, ayah atau saudara. "Ini merupakan suatu fenomena baru yang disebabkan oleh pelecehan terus perempuan di pasar," katanya.
Persoalan pramuniaga di toko-toko dan mal adalah persoalan klasik di Arab, karena wanita dilarang bekerja di sektor ini. Di sisi lain, sebagian besar pembelanja adalah kaum perempuan. Sebuah LSM perempuan di Arab Saudi pernah mengusulkan kepada pihak berwenang agar perempuan diizinkan bekerja sebagai pramuniaga, paling tidak di toko khusus pakaian dalam. Namun hingga hari ini, keluhan mereka belum juga ditindaklanjuti pemerintah setempat.