REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Festival Film Cannes di Perancis akan segera digelar selama 11 hari, mulai Rabu (12/5), sampai Ahad (23/5) mendatang. Ajang tahunan bagi film-film di seluruh dunia tersebut digelar di Kota Mode Dunia, Paris.
Pada Festival Film Cannes tahun ini, sekurangnya 22 film besutan anak-anak negeri bakal berpartisipasi guna unjuk kebolehan. Bagi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Festival Film Cannes merupakan wahana yang bagus untuk memasarkan industri perfilman nasional.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, mengatakan, 22 film nasional akan menjadi duta Indonesia di Paris untuk bersaing dengan film-film dari belahan dunia lain. “Kami akan optimal bersama insan perfilman nasional untuk memasarkan sekaligus mempromosikan 22 film kita,” ujar Jero Wacik di Jakarta, Selasa (11/5).
Adapun film-film produksi terbaru yang akan berlaga di Festival Film Cannes meliputi genre drama, komedi, horor, dan klasik. “Produksi 14 perusahaan film tanah air,” imbuh Jero Wacik.
Dikatakan, delegasi Indonesia akan membuka stan untuk Indonesia Cinema untuk mempromosikan serta menawarkan film nasional kepada calon pembeli yang datang di ajang festival film paling bergensi tersebut. Festival diperkirakan dihadiri ribuan pengunjung dari kalangan distributor, produser, pembeli, pekerja film, dan wartawan film.
“Malaysia, Singapura, Korea, Hong Kong, dan India adalah salah satu negara yang sudah membeli film-film Indonesia. Dan saya sudah lihat, film kita tidak kalah dengan negara lain,” ucap Jero Wacik.
Menbudpar melanjutkan, keikutsertaan Kemenbudpar dalam memfasilitasi masyarakat perfilman untuk mengikuti Festival Film Cannes adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa film Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu istimewa di negeri orang.
“Ajang festival film ini juga untuk mempromosikan film-film Indonesia terbaru yang diproduksi dalam skala dunia. Untuk menjadi tamu terhormat di negeri orang, pemerintah akan mendorong sineas untuk melakukan promosi antara lain melalui festival film internasional Cannes,” katanya.
Selain memasarkan film, kata Menbudpar, pemerintah juga gencar memasarkan lokasi syuting film di tanah air. “Sudah banyak produser film internasional yang mau melirik Indonesia sebagai lokasi syuting film, Di antaranya di Pulau Komodo, Bali, Sumatera dan Jawa.”
Pemerintah juga melakukan penjajakan kemungkinan untuk melakukan kerjasama produksi film dengan para produser film dunia. Tahun 2006 saja, kata Wacik, dirinya datang ke Festival Film Cannes sekaligus mempromosikan kepada produser film luar negeri untuk mengambil lokasi syuting di Indonesia. “Dan berhasil. Film Eat, Pray, Love itu juga hasil promosi kami. Produsernya puas bisa main di Indonesia,” kata Wacik.
Adapun 22 film nasional yang dipasarkan di Cannes antara lain Ayat-Ayat Cinta, Emak Ingin Naik Haji, Get Married 1 dan 2, Jamila dan Sang Presiden, Ruma Maida, Ketika Cinta Bertasbih, dan Kuntilanak Beranak.
Menbudpar menargetkan pada akhir Tahun 2014 Indonesia bisa memroduksi 200 film nasional per tahunnya. “Sekarang bisa 80 film dalam setahun. Bisa dibayangkan bila 200 film bisa diproduksi dalam setahun maka akan ada banyak kru film yang bekerja yang tentunya membuka lapangan kerja baru,” tandas Jero Wacik.