Rabu 28 Apr 2010 21:34 WIB

Susu dengan Tambahan Nutrisi Perkuat Imunitas Batita

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
.
Foto: corbis
.

JAKARTA--Tambahan unsur makronutrien pada susu pelengkap membantu anak berusia 1-3 tahun atau bawah tiga tahun (batita), terhindar dari resiko penyakit seperti diare, anemia, infeksi saluran pernafasan bawah dan memperbaiki status gizi dan pertumbuhan anak. Hal itu disebabkan susu pelengkap membantu tubuh bentuk sistem imun atau daya tahan tubuh yang kuat.

Demikian pemaparan hasil riset berjudul "Effect of Fortified Milk on Morbidity in Young Children in North India" yang dipublikasikan Britisth Medical Journal tahun 2006 oleh Prof. Sunil Sazawal, Profesor asal Bloomberg School of Public Health, John Hopkins University, Baltimore AS, di Jakarta, pekan lalu.

Penelitian yang digagas oleh pros Sunil berlokasi  di Peri Urba, Delhi, India. Metode riset menggunakan basis komunitas dengan sistem acak terkontrol dan double blind. Adapun tujuan riset, untuk mengevaluasi konsumsi susu yang mengandung makronutrien seperti zinc, vitamin C, E dan A, Selenium dan zat besi kemudian dibandingkan dengan susu alami dalam kurun waktu setahun.

Sebelumnya, riset melibatkan 633 anak berusia 1-3 tahun dengan kondisi malnutrisi (nutris terpenuhi) dan tidak melibatkan anak yang sakit. Kemudian, anak-anak tersebut dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama berjumlah 317 diberikan susu dengan kandungan makornutrien dan kelompok kedua berjumlah 316 diberikan susu biasa. Kedua kelompok anak tadi diberikan susu 2 hingga 3 kali sehari selama setahun.

Setahun berselang, riset mencatat anak-anak yang mengonsumsi susu dengan kandungan makronutrien memperoleh perlindungan sebanyak dua kali lipat terhadap penyakit seperti diare, anemia, pnemonia (infeksi saluran pernafasan) dan memperbaiki kasus gizi dan pertumbuhan anak serta mengurangi jumlah hari ketika anak sakit.

Pada kelompok pertama, rata-rata jumlah anak perkasus diare adalah 4,46 (SD 3.8) berbanding 5,36 (SD 4,1) pada kelompok kedua. Untuk penyakit pernafasan akut, rata-rata kasus pada kelompok pertama adalah 0,62 (SD 1.1) berbanding 0,83 (SD 1.4 ) pada kelompok kedua. Bila dirata-rata, susu yang mengandung makronutrien membentengi anak dari penyakit sebesar 15% (tingkat kepercayaan antara 5%-24%).

Pada kasus diare sebesar rata-rata anak terlindungi 18% (dengan tingkat kepercayaan 7% sampai 27%), dan khusus penyakit pernafasan akut tercatat 26% (dengan tingkat kepercayaan 3% sampai 43%). Efek yang menguntungkan secara konsisten lebih besar terdapat pada anak usia kurang lebih 24 bulan dari pada anak-anak berusia lebih tua.

"Beberapa unsur mikronutrien memiliki peran penting dalam regenerasi, pemeliharaan dan memperkuat respon imun dalam tubuh. Kekurangan dalam beberapa mikronutrien antara anak-anak prasekolah merupakan faktor penting dalam kesehatan anak di negara berkembang," tukasnya.

Bukan Obat

Walau demikian, Sunil kembali menegaskan, riset tidak bermaksud mengatakan dengan mengonsumsi susu bukan berarti anak-anak akan terhindar dari penyakit. Namun, dapat mencegah akibat yang lebih buruk dari penyakit-penyakit yang menyerang. "Jadi, susu yang mengandung mikronutrien bukanlah obat melainkan medium mencegah," tegasnya.

Seperti diketahui, di Asia dan belahan dunia lain, berdasarkan data Badan PBB Khusus Anak-anak (UNICEF) tahun 2009 mencatat pembunuh nomor satu pada balita adalah diare (17%) dan infeksi saluran pernafasan bawah seperti penemonia (19%). Sementara itu, setengah dari kematian bayi disebabkan penyakit kurang gizi.

Khusus pnemonia, penyakit itu memakan korban lebih dari 2 juta balita meninggal. Sebanyak 3/4 jumlah kasus balita dengan pneumonia di dunia terdapat pada 15 negara dan Indonesia berada pada urutan keenam setelah Banglades dengan 6 juta kasus kematian Balita.

Data lain dari WHO tahun 2006 mencatat, dari 10.8 juta anak-anak yang meninggal disebabkan kekurangan mikronutrien seperi zinc, vitamin dan zat besi (19%) dan 6% dari anak-anak setiap harinya kekuarangan zinc, vitamin dan zat besi.

Ihwal data itu, Sunil berpendapat penggunaan susu yang diperkaya dengan makronutrien sejalan dengan Strategi Global (MGD's) Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) pada bayi dan remaja.

"Dalam industri makanan olahan,  para ibu juga diberikan pilihan, pengetahuan dan fasilitas untuk menyakinkan bahwa pelengkap yang dikonsumsi cenderung aman. Selain itu, para orang tua juga diberikan rekomendasi terkait fortifikasi kandungan susu seperti kadar protein dan lemak yang  dipilih," tutupnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement