JAKARTA--Di masa pertumbuhannya, fungsi kulit pada bayi belumlah sempurna. Fungsi yang belum sempurna ini menyebabkan kulit bayi menjadi lebih sensitif dibandingkan dengan kulit dewasa, terutama pada area yang tertutup popok. Itu sebabnya, sensitivitas kulit bayi mengharuskan orang tua lebih teliti dan tidak panik untuk menghindari terjadinya masalah kulit.
Hasil Penelitian Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM), Jakarta pada rentang tahun 2005-2009 tercatat, penyakit yang umumnya diderita bayi adalah penyakit eksim dan infeksi kulit. Riset juga mencatat satu dari tiga bayi mengalami ruam pokok, kelainan kulit pada daerah pokok.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Klinik Sakti Medika, Tebet, Tina Wardhani Wisesa menyatakan kulit bayi yang masih sensisitif disebabkan fungsi-fungsinya yang masih terus berkembang terutama pada lapisan epidermis atau lapisan terluar kulit. Bagian ini yang memberikan perlindungan alami pada kulit dari lingkungan sekitar.
"Kulit sensitif bayi sangat rentan terhadap bahan-bahan yang menimbulkan iritasi kulit pada bagian sekitar alat kelamin, bokong dan pangkal paha bagian dalam," jelasnya dalam workshop "Perlindungan Bagi Kulit Sensitif Bayi" yang berlangsung di Jakarta, baru-baru ini.
Pada kasus ruam popok misalnya, kata dia, terjadi lantaran gaya hidup ibu-ibu yang cenderung berpikir praktis. Akibatnya, si kecil cenderung diberikan popok tanpa memperhatikan kondisi kulit. "Ibu-ibu sekarang cenderung berpikir praktis, tidak mau repot," katanya.
Selain gaya hidup, faktor lingkungan seperti iklim tropis membuat kelembapan senantiasa tinggi. Akibatnya memperbesar resiko iritasi pada bayi. Faktor lain yang juga berperan adalah penggunaan popok yang salah, sehingga terjadi iritasi yang dipicu oleh urin dan feses bayi."Urin dan feses bayi yang tertutup popok, akan menimbulkan tumbuhnya kuman, terutama jamur kandida," ujarnya.
Ruam tersebut, papar Tina, biasanya berwarna kemerahan disertai dengan lecet ringan dan gatal. Gejala ruam terlihat dari kemerahan pada daerah bokong yang mencembung, di kulit yang menempel dengan popok, dan daerah lipatan kulit.
Segera Ditanggulangi
Ruam popok adalah masalah yang dialami setiap bayi. Sekalipun tidak berbahaya bagi si kecil, persoalan ruam harus ditanggulangi. Pasalnya, ketika ruam menyebar ke seluruh tubuh bakal menimbulkan kelainan kulit yang meluas hingga ke daerah perut. paha dan sekitarnya. Kelainan kulit begitu kentara lantaran berwarna merah cerah, beruntusan, lecet disertai nanah dan bintik merah disekitarnya.
Oleh karena itu, peran ibu begitu penting untuk mengenali gejala ruam dan segera berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan langkah-langkah yang diperlukan. "Ibu harus peka. Jangan asal menenangkan anak saja. Kalau ada kasus kulit jangan dimandikan air panas dahulu atau hindari pula menggaruk dengan sisir, itu yang sering salah kaprah," kata Tina.
"Dan ibu jangan pula asal memberikan obat gatal secara sembarang. Minta petunjuk dokter baru bicara tentang obat. Perlu diingat kembali, kulit bayi lebih sensitif terhadap bahan-bahan tertentu," pesannya.
Terakhir, dia meminta orang tua memperhatikan penggunaan popok. Menurutnya, sebagian dari ibu yang melihat segi ekonomis dan praktisnya. Misalnya, penggunaan popok tradisional. Dari sisi frekuensi ganti, popok tradisional memang dianjurkan.
Akan tetapi, ada ibu yang nakal menambahkan celana plastik guna menambal. "Tapi perlu diingat bahwa popok kain sebenarnya memeliki daya serap yang rendah, sehingga menyebabkan kulit bayi jadi lembab dan jadi ruam," ujar Tina.
Dia menganjurkan agar kaum ibu bisa menggunakan popok yang ideal dan sesering mungkin mengganti popok bila si kecil mengeluarkan feses ataupun urin sehingga tidak melebihi daya tampung popok. "Popok yang ideal adalah yang mempunyai daya serap besar, dapat menyerap cairan tanpa menganggu aliran udara, dan ada indikator daya tampung. Hal itu bisa membantu mencegah terjadinya ruam, " katanya.
"Intinya adalah urin dan feses tidak kontak secara langsung dan lama dengan kulit bayi," pungkasnya