Senin 29 Sep 2025 22:01 WIB

Rozy Hingga MAVE, Ketika Artis AI Gebrak Industri Hiburan Korea Selatan

Tak hanya influencer AI, Korsel juga mengembangkan idol K-pop dari kecerdasan buatan.

Rep: Mg162/ Red: Qommarria Rostanti
Influencer virtual Korea Selatan, Rozy. Industri kreatif Negeri Ginseng mulai memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menciptakan sosok-sosok digital yang bisa bersaing dengan selebritas sungguhan.
Foto: Dok. Instagram/@rozy.gram
Influencer virtual Korea Selatan, Rozy. Industri kreatif Negeri Ginseng mulai memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menciptakan sosok-sosok digital yang bisa bersaing dengan selebritas sungguhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah gempuran idol group baru setiap tahunnya, industri kreatif Negeri Ginseng mulai memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menciptakan sosok-sosok digital yang bisa bersaing dengan selebritas sungguhan. Salah satu contoh paling populer adalah Rozy, influencer virtual yang memulai debutnya pada 2021.

Rozy bukan hanya sekadar avatar digital yang pasif, melainkan figur yang aktif berinteraksi dengan penggemarnya melalui media sosial. Ia bekerja sama dengan berbagai merek besar, mulai dari fashion hingga otomotif, dan bahkan tampil dalam iklan televisi. Keberhasilan Rozy menunjukkan bahwa publik Korea Selatan tidak lagi memandang sosok digital sebagai sesuatu yang asing.

Baca Juga

Selain Rozy, perusahaan hiburan besar juga mulai menciptakan idol AI. SM Entertainment, salah satu agensi K-pop terbesar, meluncurkan proyek aespa pada 2020. Grup ini menggabungkan member manusia dengan avatar digital bernama “æ” yang masing-masing mewakili karakter virtual dari setiap anggota. Konsep ini bukan hanya sekadar gimmick, melainkan strategi untuk memperluas narasi hiburan ke dalam metaverse dan dunia virtual.

Tak berhenti di sana, muncul pula MAVE, girl group K-pop sepenuhnya berbasis AI yang diperkenalkan oleh Metaverse Entertainment pada 2023. Beranggotakan empat karakter virtual yakni SIU, ZENA, TYRA, dan MARTY — MAVE langsung menarik perhatian publik karena visual para member yang sangat realistis, hasil perpaduan teknologi deep learning, motion capture, dan kecerdasan buatan generatif. Debut single mereka, Pandora, bahkan berhasil masuk tangga lagu digital Korea, membuktikan bahwa meski tak nyata secara fisik, grup AI bisa menembus industri musik yang kompetitif.

Menurut laporan Korea Herald, tren ini semakin diperkuat oleh perkembangan teknologi motion capture, deep learning, dan sintesis suara. Teknologi tersebut memungkinkan idol AI menyanyi, menari, dan berbicara dengan natural, bahkan melakukan interaksi personal dengan penggemar lewat platform digital.

Popularitas artis virtual di Korea Selatan juga didorong oleh faktor ekonomi. Dengan idol AI, perusahaan bisa mengurangi biaya manajemen artis manusia, menghindari skandal personal, sekaligus memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pasar global dengan lebih cepat. Namun, kemajuan ini juga menimbulkan kekhawatiran. Kritikus menilai bahwa idol digital bisa mengancam karier artis muda, dan interaksi “palsu” berpotensi menciptakan hubungan yang tidak sehat antara penggemar dan figur virtual.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement