REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aktivis Palestina Issa Amro mengalami intimidasi dari tentara dan pemukim Israel seusai tampil dalam film dokumenter terbaru BBC berjudul The Settlers, yang disutradarai jurnalis Louis Theroux. Film tersebut mengangkat isu ekspansi permukiman ilegal Israel di wilayah Palestina yang mendapat sorotan internasional.
Dalam video yang dirilis secara daring, Amro menunjukkan saat rumahnya di Hebron, Tepi Barat, digerebek oleh pasukan bersenjata dan sekelompok pemukim Israel. Ia mengaku diancam akan ditangkap oleh polisi dan dilarang mengajukan pengaduan.
Amro juga menyebut hal ini sebagai sebagai bentuk baru dari apartheid yang diterapkan Israel di wilayah Palestina. Sejumlah organisasi hak asasi manusia, termasuk Rights Watch dan Amnesty International, telah menuduh Israel menerapkan sistem apartheid di wilayah Palestina.
“Para pemukim mengatakan kepada saya bahwa mereka didukung oleh Presiden Trump. Mereka merasa berani karena dukungan dari pemerintah AS,” kata Amro seperti dilansir laman Al Jazeera, Senin (5/5/2025).
Sementara itu, Louis Theroux menyatakan bahwa ia dan timnya masih menjalin komunikasi rutin dengan Amro. Theroux sendiri pernah mengalami pelecehan saat syuting di Hebron, ketika tentara Israel mendatanginya dan mencoba mengusirnya dari lokasi.
Film dokumenter BBC tersebut, yang merupakan lanjutan dari film The Ultra Zionists yang dirilis Theoroux pada 2012, merefleksikan bagaimana situasi di wilayah pendudukan Palestina yang kian meluas.
Dengan mewawancarai tokoh-tokoh dari Palestina dan Israel, dokumenter ini menyoroti pertumbuhan signifikan populasi pemukim serta meluasnya pos-pos militer dan infrastruktur Israel di wilayah Palestina. Film tersebut juga mendalami motivasi ideologis dan keagamaan di balik ekspansi Israel yang menyebabkan pengusiran massal warga Palestina serta bentrokan berdarah.
“Kami membawa keluarga Yahudi ke Tepi Barat, kami menjalani kehidupan Yahudi, dan ini membawa terang, bukan kegelapan. Beginilah negara Israel didirikan, dan ini juga yang ingin kami lakukan di Gaza,” kata Daniella Weiss, tokoh lama pergerakan pemukim Israel, dalam dokumenter tersebut.
Weiss yang juga mendapat dukungan dari sejumlah rabi Israel, menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merasa senang dengan ekspansi tersebut. Para pemukim adalah warga negara Israel yang tinggal di tanah pribadi milik warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Jumlah mereka kini telah melampaui 700 ribu orang. Semua permukiman Israel dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Majelis Umum PBB tahun lalu menyerukan agar Israel mengakhiri pendudukannya atas wilayah Palestina. Seruan ini muncul beberapa bulan setelah Mahkamah Internasional menyatakan keberadaan Israel di wilayah Palestina adalah tidak sah.