REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan terbaru dari UNESCO menyoroti pentingnya makanan sekolah dalam mendukung kesehatan dan pembelajaran murid. UNESCO mencatat meski saat ini semakin banyak murid memiliki akses mendapatkan makanan di sekolah, perhatian terhadap nilai gizi dan bahan makanan yang digunakan masih kurang ditekankan.
UNESCO mendorong penggunaan bahan pangan yang lebih sehat dan bergizi, serta pentingnya edukasi gizi dalam kurikulum sekolah. Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan, berkat investasi yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, hampir separuh murid sekolah dasar di dunia kini mendapatkan akses terhadap makanan sekolah. Namun perlu langkah lebih jauh dan melihat apa yang sebenarnya ada di piring mereka,
"Fokusnya harus pada keseimbangan makanan dengan bahan segar agar mereka dapat tumbuh dengan baik. Hal ini adalah isu besar dalam bidang Kesehatan dan Pendidikan," kata Azoulay dalam pernyataannya, dikutip pada Selasa (8/4/2025).
UNESCO mencatat sekitar seperempat murid di dunia mendapat manfaat dari makanan sekolah di tahun 2024, dan angka ini meningkat menjadi 47 persen di tingkat sekolah dasar. Studi UNESCO pada tahun 2023 menunjukkan program ini tidak hanya membantu mengatasi kekurangan gizi, tetapi juga mendukung proses pembelajaran.
UNESCO mengatakan program makanan sekolah meningkatkan angka pendaftaran siswa sebesar 9 persen dan meningkatkan kehadiran murid sebesar 8 persen. Program ini juga meningkatkan hasil pembelajaran murid
Laporan berjudul "Education and Nutrition: Learn to Eat Well" yang dirilis saat acara ‘Nutrition for Growth’ di Prancis, menekankan perlunya standar gizi dalam makanan di sekolah. Pada tahun 2022, hampir sepertiga atau 27 persen makanan sekolah di seluruh dunia dirancang tanpa konsultasi dengan ahli gizi.
Dari 187 negara yang dievaluasi, hanya 93 negara yang memiliki regulasi, standar, atau pedoman terkait makanan dan minuman di sekolah. Dari 93 negara tersebut, hanya 65 persen yang memiliki standar aturan penjualan makanan dan minuman di kantin, toko makanan, dan mesin penjual otomatis di lingkungan sekolah.
UNESCO menegaskan kurangnya standar dan pengawasan terhadap isi makanan yang disajikan kepada murid harus menjadi perhatian utama, mengingat angka obesitas pada anak usia sekolah telah meningkat lebih dari dua kali lipat di sebagian besar negara sejak tahun 1990. Sementara ketahanan pangan terus memburuk di berbagai belahan dunia.
Laporan ini mendorong pemerintah untuk memprioritaskan makanan segar dan minim proses, serta mengintegrasikan pendidikan mengenai gizi ke dalam kurikulum sekolah. Sebagai bentuk dukungannya, UNESCO akan mengembangkan serangkaian alat bagi pemerintah dan tenaga kerja pendidikan, termasuk panduan teknis, dan program pelatihan.
Upaya ini juga mendukung Koalisi Makanan Sekolah, yang mana UNESCO merupakan anggotanya, dalam mengoordinasikan inisiatif global untuk memastikan setiap anak mendapatkan makanan bergizi di sekolah.