Kamis 27 Mar 2025 11:42 WIB

Tak Perlu Galau, Ini Saran Psikolog Bagi Perantau yang Absen Mudik

Pemudik diajak menata hati dan bersikap realistis.

Mudik Lebaran adalah merupakan momen kumpul keluarga. Tapi tidak semua masyarakat bisa selalu pulang ke kampung halaman.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Mudik Lebaran adalah merupakan momen kumpul keluarga. Tapi tidak semua masyarakat bisa selalu pulang ke kampung halaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara perantau yang tidak bisa mudik untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman mungkin ada yang khawatir karena akan melewatkan liburan sendirian di rantau. Psikolog klinis Nena Mawar Sari menyampaikan perantau yang khawatir akan merasa kesepian karena tidak mudik selama libur Lebaran bisa merencanakan aktivitas untuk mengisi libur hari raya.

"Sebenarnya kesepian itu adalah pilihan, kita bisa merasa kesepian atau tidak. Kalau tidak mau merasa kesepian, kita bisa mempersiapkan lebih awal aktivitas-aktivitas yang akan kita lakukan selama tidak mudik," katanya, Kamis (27/3/2025).

Baca Juga

"Misalnya staycation ke mana gitu," kata psikolog klinis dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya di Kota Denpasar itu.

Perantau yang tidak mudik bisa pula memanfaatkan waktu libur untuk beristirahat total. Atau melakukan kegiatan-kegiatan yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena kesibukan kerja.

"Bisa untuk momen istirahat total, karena selama ini mungkin dikejar deadline, mungkin bisa berolahraga, refleksi diri dengan journaling, meditasi," kata Nena.

Nena mengemukakan tidak semua orang yang tidak bisa mudik selama libur Lebaran akan merasa tertekan. "Tapi, kalau misalkan dia pulangnya hanya bisa satu tahun sekali atau mungkin satu-satunya kesempatan bertemu keluarga besar hanya di momen Lebaran itu saja dan mungkin relasi dengan keluarganya nggak begitu bagus, ya mungkin akan menimbulkan stres," kata dia.

"Stresnya bukan karena nggak bisa pulang, tapi mungkin karena takut dibicarain, dikomentarin sama keluarga besar lainnya, mungkin disindir di grup keluarga. Nah, itu yang mungkin bisa bikin stres," kata dia.

Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Ratih Ibrahim mengemukakan ada baiknya perantau yang tidak bisa mudik menata pikiran dan hati serta berusaha bersikap realistis. "Menata pikiran dan hati yang baik untuk meminimalkan drama hidup diri sendiri akibat perasaan-perasaan yang muncul," kata Ratih saat dihubungi.

"Faktanya tidak bisa pulang kampung, alasannya valid, kita terima dengan ikhlas. Keluarga kan tidak hanya yang di kampung. Di mana tempat kita berada, kita punya keluarga, apakah saudara sepupu, saudara sekampung, atau saudara karena rekan sekerja, dan lain-lain. Intinya di mana-mana kita tetap punya keluarga," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement