Rabu 25 Dec 2024 06:23 WIB

Benarkah Buya Hamka Larang Muslim Ucapkan Selamat Natal?

Ini kesaksian dari anak Buya Hamka tentang ucapkan selamat Natal.

Buya Hamka
Foto: Dok. Muhammadiyah
Buya Hamka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiap tanggal 25 Desember, umat Kristen merayakan hari Natal. Dalam keyakinan agama ini, perayaan tersebut untuk memperingati hari kelahiran Yesus atau Nabi Isa.

Terhadap hari-hari besar agama lain, Islam menganjurkan toleransi. Namun, apakah kaum Muslimin dilarang mengucapkan "selamat Natal" kepada orang Kristen?

Baca Juga

Terkait hal ini, Irfan Hamka mengungkapkan kesaksiannya mengenai ayahnya, yakni Buya Hamka. Benarkah ketua umum pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut pernah melarang umat Islam mengucapkan "selamat Natal"?

Irfan Hamka membantah bahwa ayahnya melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristen. Putra Buya Hamka itu membenarkan bahwa MUI dalam masa kepemimpinan ayahandanya pada 1981 memang pernah mengeluarkan fatwa terkait perayaan Natal bersama. Namun, yang patut digarisbawahi, isinya bukan pelarangan atau pengharaman mengucapkan selamat Natal.

Yang diharamkan Buya Hamka adalah bahwa orang Islam mengikuti ibadah Natal. Umat Islam dilarang mengikuti ibadah umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin, atau apa pun yang dinilai sebagai sebuah ibadah pada hari Natal.

photo
Infografis 6 Hal tentang Yesus (Nabi Isa) dalam Islam - (Republika.co.id)

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
  • Toleransi luas bukan sekedar ucapan natal atau tidak diucapkan. Baik muslim dan non muslim saling menghargai dan tidak minta diucapkan sesuai keyakinan masing². .
    2 Bulan lalu
  • Setiap menjelang tgl 25 Des koq ribut terus ya ? Entah siapa yang memulai dan terus memprovokasi... Memangnya toleransi itu harus saling mengucapkan selamat pada perayaan hari keagamaan masing² ??? NO, NEHI lah... kami dan teman/keluarga non-muslim akur² aja tuh dalam semua urusan non-agama. Kan sudah tahu kalau berbeda keyakinan mengapa harus menuntut harus saling mungucapkan ? Bukankah itu bukan toleransi tapi bentuk keraguan terhadap keyakinan masing² ??? Dalam urusan duniawi saja bisa berbeda pendapat apalagi urusan keyakinan. Sudahlah 'Bagimu Agamamu Bagiku Agamaku'... Mari wujudkan toleransi itu dengan mendefinisikannya dengan saling menghormati dan tidak mengganggu ritual masing
    2 Bulan lalu
    • Kepada Mas SUTJIPTO HAMIM, sebelumnya saya ingin bertanya tentang "mengapa harus menuntut harus saling mengucapkan ?". Sebenarnya tulisan itu ditujukan kepada siapa ?? Karena bagi kami sebagai umat Kristiani sejak saya kecil sampai usia sekarang 55 tahun belum pernah mendengar ada umat Kristiani yg jangankan menuntut, mengharapkan saja ucapan selamat natal dari pihak agama lain tidak pernah tuh. Dan kalau masalah kerukunan dan toleransi di kota tercinta kami di Sukabumi selama ini baik2 saja.
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement