REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Budiman Sudjatmiko mengapresiasi langkah Yayasan Penabulu yang meluncurkan Penabulu Shop sebagai platform inovatif belanja barang bekas berkelanjutan pertama yang berfokus pada dampak sosial untuk pengentasan kemiskinan. Budiman menyampaikan inovasi ini selaras dengan program BP Taskin yaitu Berdata, Berdana, dan Berdaya, yang memiliki tujuan menurunkan angka kemiskinan dari sembilan persen menjadi lima persen pada 2029.
"Penabulu Shop hadir secara daring maupun luring, sehingga dapat menjangkau seluruh masyarakat luas yang ingin turut menjadi bagian dari misi sosial ini," ujar Budiman dalam siaran pers Yayasan Penabulu, Rabu (18/12/2024).
Bagi yang memiliki banyak barang-barang layak pakai di rumah, seperti pakaian, sepatu, perhiasan, dan alat-alat elektronik, namun sudah tidak dipakai lagi, maka dapat mendonasikan barang-barang tersebut ke Penabulu untuk dijual di platform Penabulu Shop. Budiman menyampaikan seluruh hasil penjualan, akan disalurkan ke program-program pengentasan kemiskinan berdasarkan isu-isu strategis, seperti lingkungan dan perubahan iklim, pemberdayaan desa, kesehatan masyarakat, keadilan transformasi digital, serta kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Direktur Program Yayasan Penabulu Esti Nuringdyah mengatakan Penabulu Shop memadukan gaya hidup berkelanjutan dengan misi sosial, menciptakan dampak yang bermakna bagi komunitas dan lingkungan. Esti menyampaikan konsep ini terinspirasi kesuksesan lebih dari 600 Oxfam Shop di Inggris yang telah membantu mengentaskan kemiskinan dengan memperkuat komunitas lokal dan mempromosikan keadilan sosial.
"Dengan visi menggabungkan gaya hidup berkelanjutan dan upaya sosial, Penabulu Shop menjadi thrift shop berkelanjutan pertama di Indonesia yang memiliki misi sosial pengentasan kemiskinan," ujar Esti.
Business Advisor Yayasan Penabulu Budi Santosa menyampaikan Penabulu Shop menekankan pentingnya kontribusi masyarakat dalam mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi komunitas. Budi menyampaikan kehadiran Penabulu Shop sejalan dengan tren fesyen preloved yang semakin diminati generasi muda, khususnya Gen Z.
Berdasarkan data dari McKinsey & Company pada Agustus 2024, Gen Z menyukai gaya thrifting dan vintage. Budi menyebut thrifting mengalami pertumbuhan signifikan berkat pengaruh gerakan Gen Z untuk keberlanjutan.
"Hal ini semakin menguatkan komitmen Penabulu Shop untuk menjadi bagian penting dari solusi keberlanjutan di Indonesia," kata Budi.
Pemain film Indah Permata Sari menyambut positif platform Penabulu Shop untuk mendukung solusi keberlanjutan. Indah nenilai thrifting Penabulu tidak hanya menjadi pilihan belanja ekonomis tetapi juga berkontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan.
"Saya yang sejak lama sudah menikmati thrifting, semakin bersemangat dengan Penabulu Shop karena mengetahui hasil penjualannya untuk kebaikan," ucap Indah.
Pengamat Tren Komunikasi Berkelanjutan Elvera N Makki menyampaikan tren berbelanja pakaian preloved di negara-negara maju cenderung meningkat di sepanjang 2018-2023, yaitu di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, dan Spanyol. Survei dari Statista Consumer Insights ini dilakukan terhadap 2000-10.000 responden usia 18-64 tahun, di mana peningkatan tertinggi terjadi di Inggris sebesar delapan persen.
"Dengan thrift shop, cerita itu dapat berlanjut, karena tidak berhenti saat terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang butuh 200 tahun untuk mengurai tekstil di TPA. Dengan thrifting di Penabulu Shop, tidak hanya mengurangi limbah, memelihara bumi, dan membuka peluang ekonomi baru, namun kita juga menjadi bagian dari pengentasan kemiskinan di Indonesia," kata Elvera.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook