Selasa 03 Sep 2024 19:20 WIB

Perpustakaan Nasional Raih Penghargaan UNESCO

Perpusnas telah melestarikan koleksi manuskrip Indonesia secara signifikan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Seorang pengalih media menyelesaikan pengalihwahanaan naskah kuno di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Salemba, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Seorang pengalih media menyelesaikan pengalihwahanaan naskah kuno di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Salemba, Jakarta, Kamis (1/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menetapkan Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) sebagai penerima penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World 2024. Azoulay menekankan warisan dokumenter merupakan jendela unik dan tak tergantikan yang dapat memperlihatkan sejarah memberikan wawasan ke dalam pemikiran, budaya, dan pengalaman hidup dari masa lalu.

"Upaya untuk bersama-sama meningkatkan pelestarian dan peningkatan akses warisan dokumen ini harus terus dilanjutkan. Saya mengucapkan selamat kepada Perpustakaan Nasional Indonesia atas keberhasilan meraih penghargaan ini," kata Azoulay dalam pernyataannya Selasa (3/8/2024).

Juri internasional mengakui dedikasi Perpusnas Indonesia dalam pelestarian dan peningkatan akses manuskrip Indonesia. Upaya ini meliputi berbagai program ekstensif yang mencakup festival manuskrip, publikasi yang luas, dan inisiatif pendidikan untuk anak-anak serta pemuda.

Perpustakaan Nasional Indonesia akan menerima penghargaan tersebut dalam sebuah upacara di Cheongju, Republik Korea, pada 4 september 2024, bertepatan dengan Hari Jikji.

Perpustakaan Nasional Indonesia yang didirikan sejak tahun 1980, telah melestarikan koleksi manuskrip Indonesia secara signifikan, yang mencerminkan keantikan dan keragaman tradisi manuskrip di Indonesia.

Dengan disahkannya Undang-Undang tentang Perpustakaan tahun 2007, Perpusnas telah melaksanakan program pengelolaan manuskrip di seluruh negeri, termasuk advokasi, invetarisasi dan akuisisi, pelestarian, aksesibilitas, penelitian dan publikasi, serta pembangunan kapasitas, dan restitusi.

Direktur Pelaksana Perpusnas Indonesia, E Aminudin Aziz menekankan menciptakan ekosistem yang kuat untuk program pelestarian dan peningkatan akses manuskrip yang berkelanjutan adalah hal yang sangat penting.

Ia menambahkan ekosistem ini meliputi upaya advokasi untuk pemilik manuskrip, peningkatan pelestarian, dan perluasan akses, yang mana memiliki tantangan tersendiri untuk direalisasikan. "Namun, upaya ini sangat berharga karena memungkinkan lebih banyak orang memperoleh manfaat dan mengapresiasi warisan dokumenter kita," katanya.

Penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World diberikan untuk memperingati pencantuman Buljo Jikji Simche Yojeol, sebuah karya tertulis Korea yang diakui sebagai buku tertua yang dicetak dengan menggunakan huruf logam yang dapat dipindahkan.

Dengan dukungan dana sebesar 30 ribu dolar AS yang diberikan oleh Republik Korea melalui Kota Cheongju, penghargaan ini bertujuan untuk menghargai upaya-upaya yang berkontribusi pada pelestarian dan peningkatan akses warisan dokumenter sebagai warisan bersama umat manusia.

UNESCO mendirikan program Memori Dunia pada tahun 1995 untuk membantu melestarikan warisan dokumenter dunia, sebuah repositori yang kaya akan memori kolektif. Dokumen ini, baik dalam bentuk tertulis, audio, maupun visual, sangatlah rapuh dan memerlukan kerjasama global yang terkoordinasi dengan baik untuk memastikan keberlangsungan hidup dokumen tersebut serta akses berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Dalam kemitraan erat dengan pemerintah dan lembaga swasta, UNESCO bekerja untuk melindungi dan menyimpan dokumen asli yang tidak diubah, serta membuat dokumen tersebut dapat diakses semua orang. Program ini melibatkan jaringan komite nasional dan lembaga pengarsipan lokal di seluruh dunia. Program ini khususnya memfokuskan pada wilayah yang terdampak oleh konflik atau bencana alam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement