REPUBLIKA.CO.ID, Izmi Puspita Aryani, 27 tahun, sehari-hari bekerja di sebuah bank swasta di Jakarta. Pada tahun 2021, Izmi terdiagnosis Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) yang membuatnya memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya.
“Saat aku terdiagnosis TBC RO, aku langsung resign. Sebenarnya atasan tidak menyuruh resign, bahkan menawarkan untuk bekerja dari rumah (work from home). Tapi aku tidak mau dalam kondisi sakit harus dipusingkan dengan pekerjaan,” ujar Izmi menceritakan keputusan yang diambilnya saat itu dalam keterangan diterima Republika.
Saat itu kondisi Izmi memang tidak prima. Meskipun awalnya hanya mengeluhkan batuk biasa yang tak kunjung sembuh, saat Izmi memulai pengobatan TBC dengan Paduan Jangka Panjang dengan jumlah pil hingga lebih dari 20 butir perhari ternyata ia malah mengalami bermacam macam efek samping yang tidak tertahankan mual, muntah yang berkepanjangan hampir sepanjang hari, pusing, ruam kulit, hingga halusinasi, di mana dia merasa seperti dikejar-kejar oleh bola besar.
Izmi yang awalnya sudah tinggal sendiri, kembali tinggal bersama orang tuanya selama pengobatan agar ada yang merawat. Orang tua Izmi pun semakin cemas melihat kondisi Izmi, bahkan Ibu Izmi khawatir Izmi seperti ‘diracuni’ oleh obat. Tidak kuat dengan efek samping yang dihadapi, Izmi akhirnya berhenti minum obat.
Namun setahun kemudian, pada bulan Juli 2022, Izmi kembali mengalami batuk yang tak kunjung hilang sampai 1 bulan. Kali ini, batuknya lebih berat dan disertai gumpalan darah. Tak ada pilihan lain bagi Izmi selain kembali ke rumah sakit, meskipun dengan rasa ragu dan cemas akibat trauma konsumsi obat sebelumnya.
Izmi dirujuk ke RSUP Persahabatan dan mendapatkan penjelasan mengenai Paduan BPaL, yaitu pengobatan TBC RO baru dengan durasi 6 bulan – lebih singkat dari Paduan Jangka Panjang yang harus diminum hingga 24 bulan.
Ketika Izmi mengetahui bahwa jumlah pil BPaL pun jauh lebih sedikit dan efek sampingnya juga cenderung lebih ringan, harapan Izmi pun mulai muncul. Ia memutuskan untuk mau mencoba memulai pengobatan kembali pada tanggal 7 Oktober 2022.
Saat menjalani pengobatan dengan BPaL ini, Izmi merasa lebih mampu beraktivitas secara normal meski sempat merasa mual dan nyeri di kaki, bahkan berat badannya kemudian bisa bertambah 5 kg dibanding sebelum pengobatan.
Tentu saja, keluhan ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan pengalaman pengobatan sebelumnya. Selain itu, dukungan penuh dari keluarga, tenaga kesehatan serta pendampingan dari penyintas TBC RO yang selalu menyemangati Izmi membuatnya tidak mau menyerah dan tetap disiplin meminum obat setiap hari, enam bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 17 April 2023, dokter menyatakan Izmi sembuh dari TBC RO.
Izmi saat ini lebih tenang dan semangat untuk bekerja di tempat kerja barunya serta sudah bisa kembali mandiri tanpa bergantung kepada orang tuanya. “Selama pengobatan, aku pengen buru-buru sembuh biar bisa mandiri lagi. Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan sudah tinggal sendiri lagi,” tutur Izmi.