Senin 03 Jun 2024 08:32 WIB

Menyelami Kisah Cinta Mahasiswa Kedokteran Zaman Belanda di Novel Romansa Stovia

Novel ini memperkenalkan generasi muda tentang sejarah dengan bahasa sastra ringan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Sania Rasyid (kiri), penulis novel fiksi sejarah Romansa STOVIA  pada peluncuran buku di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Sabtu (1/6/2024).
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Sania Rasyid (kiri), penulis novel fiksi sejarah Romansa STOVIA pada peluncuran buku di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Sabtu (1/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kala itu pada 1918 di Batavia, pemuda asal Minahasa bernama Yansen hendak mewujudkan mimpinya menjadi dokter. Dia menuntut studi di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera. 

Di STOVIA, Yansen berjumpa dengan Hilman pemuda Sunda, Sudiro pemuda Jawa, dan Arsan pemuda Minang, lantas menjalin ikatan persahabatan dengan mereka. Masa lalu masing-masing tokoh tersebut turut membayangi selama mereka belajar di STOVIA, yang merupakan sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda. 

Baca Juga

Kisah Yansen, Hilman, Sudiro, dan Arsan hadir dalam novel Romansa STOVIA. Novel karya penulis Sania Rasyid itu menceritakan perjalanan mereka menempuh pendidikan, juga momen-momen di mana mereka harus memilih antara cinta, sahabat, keluarga, dan cita-cita menjadi dokter suatu hari nanti.

Buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) tersebut merupakan karya fiksi berlatar Hindia Belanda di awal abad ke-20. Sang penulis, Sania Rasyid, mengatakan dia sejak lama sudah memiliki ide untuk menulis tentang sekolah kedokteran. Proses penggarapan novel dia mulai sejak 3,5 tahun lalu.

Sania melakukan riset dan wawancara dengan pihak terkait, juga melakoni studi pustaka, yang mencakup membaca buku-buku kedokteran serta anatomi tubuh. Selain itu, perempuan kelahiran September 1980 itu juga menonton serial tentang dunia kedokteran serta menonton tayangan prosedur pembedahan jantung.

Setelah merasa risetnya cukup memadai, Sania pun memulai penulisan naskah. Dia sempat menghadapi kendala serius, sebab ratusan halaman naskah yang telah ditulis hilang sehingga pengerjaan harus dimulai dari awal lagi. Namun, itu semua tak membuatnya surut.

"Saya menulis Romansa STOVIA untuk memperkenalkan kepada generasi muda tentang sejarah, meski dengan bahasa sastra, tapi ringan dan mudah diterima," kata Sania pada peluncuran buku Romansa Stovia di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Sabtu (1/6/2024).

Walau tokoh-tokohnya dan kisah cinta di novel ini fiktif, namun akurasi latar dalam Romansa STOVIA disesuaikan dengan sejarah. Sania hendak memperkenalkan satu babak penting dalam sejarah Indonesia dengan cara yang asyik dan dapat diterima generasi muda. "Membaca sejarah itu tidak membosankan, tidak bikin ngantuk, sejarah itu seru," ujar Sania. 

Peluncuran novel Romansa STOVIA di Museum Kebangkitan Nasional merupakan kolaborasi KPG dengan Museum Kebangkitan Nasional dan Indonesia Heritage Agency. Acara juga didukung oleh Gema STOVIA Nusantara serta Keroncong Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement