Senin 22 Apr 2024 11:48 WIB

Ciri Ibu Hamil yang Alami Gangguan Kesehatan Mental, Jangan Sepelekan

Sekitar 47 persen wanita berisiko alami masalah kesehatan mental dibandingkan pria.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu hamil (ilustrasi). Ada beberapa ciri gangguan mental pada ibu hamil yang perlu dikenali.
Foto: Republika/Mardiah
Ibu hamil (ilustrasi). Ada beberapa ciri gangguan mental pada ibu hamil yang perlu dikenali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan mental yang terjadi pada ibu hamil perlu dikenali. Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) Lenny Utama Afriyenti S Psi M Psi mengatakan, gangguan ini berpotensi membuat perasaan ibu tidak nyaman dan menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari.

“Kalau pada ibu hamil khususnya ada perasaan tertekan sepanjang hari, ada insomnia atau hypersomnia, jadi kebanyakan tidur atau sulit tidur, kebanyakan makan atau sulit makan,” kata Lenny dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring, Ahad (22/4/2024).

Baca Juga

Lenny mengatakan perasaan stres umumnya memang terjadi pada kehidupan seseorang. Stres bisa berkembang menjadi permasalahan kesehatan mental jika terus menerus dipendam, tidak dikelola dengan baik, dan dialihkan ke masalah lain.

Namun menurut data statistik, sebanyak 47 persen perempuan berisiko mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan laki-laki, dan 25,7 persen anak remaja perempuan melakukan self harm (menyakiti diri sendiri) ketika sedang menghadapi masalah. Pengajar di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya ini mengatakan, normalnya ibu yang memiliki kesehatan mental yang baik idealnya memiliki suasana hati yang bagus, punya rasa humor dan melihat masalah jadi lelucon, memiliki kontrol diri yang baik, serta aktif dalam kemampuan sosialnya.

Namun jika ibu pascamelahirkan merasakan depresi dengan gejala kesehatan mental yang bermasalah selama 40 hari lebih, baiknya segera diperiksakan pada kepada ahlinya seperti psikolog atau psikiater agar tidak berdampak buruk pada anak. “Kalau masih terjadi di atas 40 hari, berbulan-bulan masih merasa ada mood depresi, perasaan bersalah, ide bunuh diri, perasaan tidak berharga, mungkin harus segera diperiksakan ke psikiater atau psikolog,” katanya. 

Lenny juga mengatakan ibu pascamelahirkan yang mengalami depresi juga akan berdampak pada produksi ASI yang tidak optimal dan bisa berkurang. Selain itu, anak yang dilahirkan juga bisa jadi target pelampiasan ibu yang mengalami depresi.

Sebab itu perlu dukungan pasangan atau suami saat ibu sedang berjuang menyelesaikan masa tertekannya dalam menghadapi peran baru. “Kalau kita merasa ada perasaan depresi kita periksakan agar tidak berdampak pada anaknya,” kata Lenny.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement