REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada produk yang diboikot di hidangan halalbihalal? Di tengah semakin tertekannya rakyat Palestina di bawah serangan Israel, gerakan boikot produk dari perusahaan yang terafiliasi Israel terus digulirkan.
Halal Food Technologist Galuh Ayu mengatakan, jenama yang secara nyata mendukung Israel dapat dicek di laman-laman yang terpercaya dengan adanya bukti fakta yang bisa dilihat di internet secara bebas. Contohnya, The Witness dan Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) di Indonesia (@gerakanbds).
Di laman The Witness, beberapa jenama yang terlibat dalam mendukung pendudukan Israel di Palestina adalah Burger King, Caribou Coffee, Cheetos, Cornetto Ice Creams, Delilah, KFC, KitKat, Krispy Kreme, Magnum Ice Creams, McDonalds, Milka, Mondelez, Pepsi, Pizza Hut, Popeyes, Ritz, dan lain sebagainya. Selain itu, ada merek-merek menurut BDS termasuk yang utama untuk diberikan penekanan, yaitu Google, Amazon, Disney, Expedia, airbnb, Booking.com.
Lalu, bagaimana kalau kita menemukan produk-produk yang diboikot terhidang di acara halalbihalal? Menjawab dari sudut pandang pribadinya, Galuh mengatakan dia akan mencoba mencari pilihan makanan lain yang terhidang di sana.
Apabila itu satu-satunya yang terhidang, menurut Galuh, maka alangkah lebih baiknya mengutamakan menghargai tuan rumah dengan mengonsumsi makanan-minuman yang disediakan. Dalam kasus ini, Galuh menjelaskan, adanya produk boikot sebagai konsumsi di acara halalbihalal adalah suatu hal yang diluar kendali kita untuk dapat memilih sebelum membeli.
"Berbeda kasus apabila kita memiliki pilihan, uang kita yang membelanjakannya," ujar Galuh saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (11/4/2024).
Galuh juga mengungkapkan, dalam hal seperti ini, sesama Muslim tidak berhak menghakimi tuan rumah yang membeli produk boikot. Sebab, bisa jadi ada ketidaktahuan dan hal lain yang menjadi pertimbangan tuan rumah.
"Langkah boikot ini sebenarnya adalah sebuah pilihan dan andil dalam sikap membela Palestina, namun jangan sampai memutus silaturahim antarkeluarga atau teman yang berbeda pendapatnya," katanya.
Galuh menyebut, selama produk tersebut halal untuk Muslim maka dari segi kebolehan secara zat adalah tetap halal dan boleh, namun mengonsumsinya atau tidak tetap dikembalikan kepada penilaian pribadi. Memboikot, menurut Galuh, tidak serta-merta menjadikan produk yang asalnya halal menjadi haram, sebab tujuannya adalah membangun kesadaran diri bahwa produk tersebut bisa berkontribusi dalam genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.
"Sebagai sesama Muslim yang memiliki rasa solidaritas maka pasti akan ada rasa tidak tega atau tidak nyaman saat mengonsumsi produk-produk yang ternyata men-support pembantaian saudara sendiri," ujar Galuh.